Depresi ekonomi adalah penurunan aktivitas ekonomi yang parah dan berkepanjangan.[1] Dalam ilmu ekonomi, depresi ekonomi umumnya didefinisikan sebagai resesi ekstrem yang berlangsung selama tiga tahun atau lebih atau yang menyebabkan penurunan produk domestik bruto (PDB) riil setidaknya 10% dalam satu tahun tertentu.[2]

Adapun istilah depresi ini diakibatkan oleh penurunan PDB berada di kisaran -14,7% hingga -38,1% dimana penurunan PDB paling rendah terjadi pada Januari 1912.[3]

Deskripsi

sunting

Depresi juga dapat didefinisikan sebagai bentuk resesi yang sangat parah dan berlangsung lama, dimana yang terakhir ini secara umum dipahami, dibandingkan dengan perekonomian nasional, sebagai periode penurunan setidaknya dua kuartal berturut-turut dalam PDB riil (yang disesuaikan dengan inflasi), atau produk domestik bruto.[4]

Faktor

sunting

Faktor Internal

sunting

Ada empat faktor utama akibat dari depresi ekonomi yakni;

  1. Penurunan Pendapatan

Penurunan pendapatan dapat mempengaruhi penurunan daya beli masyarakat. Karena hal ini daya belanja dari masyarakat semakin berkurang serta mempengaruhi daya produksi dari sebuah perusahaan. Akibatnya, perusahaan akan semakin bangkrut dan roda perekonomian akan menurun.[5]

  1. Jumlah Lapangan Pekerjaan yang Tidak Seimbang

Penyebab berikutnya adalah angka pengangguran yang terus meningkat. Hal tersebut membuat masyarakat semakin sulit untuk mendapatkan pendapatan. Dengan naiknya angka pengangguran tentu akan mengakibatkan daya beli dan akhirnya menurunkan permintaan.[6]

  1. Daya Beli Masyarakat Melemah 

Pengaruh dari daya beli masyarakat yang melemah merupakan faktor yang cukup penting dari depresi ekonomi. Daya beli masyarakat yang melemah akan membuat tingkat produksi perusahaan pun akan menurun, sehingga pemasukan perusahaan akan berkurang dan menyebabkan kebangkrutan.[7]

  1. Hilangnya Kepercayaan Konsumen

Ketika konsumen tidak lagi percaya dalam roda perekonomian, mereka akan mengubah pola konsumsi. Baik itu pola konsumsi barang ataupun jasa. Dengan hilangnya kepercayaan konsumen akan mengakibatkan perusahaan semakin sulit untuk memproduksi barang atau jasanya sehingga roda perekonomian pun akan jatuh.[butuh rujukan]

faktor eksternal

sunting

Faktor-faktor eksternal depresi ekonomi antara lain;

  1. Naiknya suku bunga terhadap obligasi yang mampu menarik pemodal asing dan regional.
  2. Tidak mampu bersaingnya produksi barang dengan membuat sebuah inovasi yang terbarukan [8] (agregat supply) sehingga membuat harga anjlok turun.
  3. Keletihan dalam penanaman modal yang dilakukan oleh para investor serta kebijaksanaan sistem penggajian yang ketat yang dilakukan oleh pemerintah serta pengusaha.[9]

Depresi Ekonomi terbesar terjadi pada bulan Oktober 1929, dimana harga saham turun secara drastis pada hari terjadinya depresi besar dan terus berada dalam tren penurunan secara umum selama beberapa tahun.[10] Namun, Depresi hebat ini mengakibatkan kehancuran pasar keuangan. Meskipun kehancuran tersebut berdampak pada Depresi, hal tersebut bukan merupakan penyebab Depresi, melainkan gejala yang menyertai serangkaian masalah mendasar.[11]

Akibat dari depresi ekonomi ini, mata uang kertas hampir tidak berlaku dan aktivitas pusat perdagangan dibeberapa negara di barat sempat tidak beroperasi yang mengakibatkan turunnya pendapatan perkapita di Amerika Serikat sebesar 49% dalam 10 tahun.[12]

Referensi

sunting
  1. ^ "Economic Depression". Corporate Finance Institute (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-09-30. 
  2. ^ "Depression in the Economy: Definition and Example". Investopedia. Diakses tanggal 2023-09-30. 
  3. ^ Laucereno, Sylke Febrina. "Apa Bedanya Resesi, Krisis, dan Depresi Ekonomi?". detikfinance. Diakses tanggal 2023-09-30. 
  4. ^ "Depression | Definition, Characteristics, Comparison with Recession, & Facts | Britannica Money". www.britannica.com. Diakses tanggal 2023-09-30. 
  5. ^ "How Bad Was the Great Depression?". www.stlouisfed.org. Diakses tanggal 2023-09-30. 
  6. ^ "Great Depression: Overview, Consequences & Impact, Causes". StudySmarter UK (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-09-30. 
  7. ^ "Overview | Great Depression and World War II, 1929-1945 | U.S. History Primary Source Timeline | Classroom Materials at the Library of Congress | Library of Congress". Library of Congress, Washington, D.C. 20540 USA. Diakses tanggal 2023-09-30. 
  8. ^ "Jurnal Ekonomi KIAT". journal.uir.ac.id. Diakses tanggal 2022-07-23. 
  9. ^ (Soegijanto), Padmo, S. (1991). Depresi 1930-an dan Dampaknya terhadap Hindia Belanda. Gadjah Mada University. OCLC 994159001. 
  10. ^ "Great Depression Case - Economics Department - Reed College". www.reed.edu. Diakses tanggal 2023-09-30. 
  11. ^ "Mengenal the Great Depression: Krisis Ekonomi Paling Buruk". ocbcnisp.com. 2 Januari 2023. Diakses tanggal 30 September 2023. 
  12. ^ Millhiser, Ian (2023-09-23). "A new Supreme Court case could trigger a second Great Depression". Vox (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-09-30.