Molenvliet

museum di Indonesia

Molenvliet adalah sebuah kanal dan nama daerah di sekitar kanal tersebut di Batavia, Hindia Belanda, yang selanjutnya menjadi bagian dari Jakarta, Indonesia.[1] Setelah awal tahun 1960-an, daerah ini dikenal sebagai Jalan Gajah Mada dan Jalan Hayam Wuruk.[2] Dibangun di bawah pimpinan kapiten Tionghoa bernama Phoa Beng Gan pada abad ke-17 untuk mengeringkan rawa-rawa di selatan Batavia, kanal Molenvliet kemudian dialiri oleh aliran Ciliwung dan Kali Krukut.[3] Daerah ini menghubungkan Oud Batavia (Kota Tua) dan Weltevreden (Lapangan Banteng dan Monas) serta menjadi daerah komersial dan permukiman elite.[4][5]

Suasana Molenvliet sekitar tahun 1925.

Sejarah pembangunan

sunting

Batavia pada abad ke-17 merupakan dataran rendah dikelilingi rawa yang sering meluap menjadi banjir pada musim hujan dan menjadi sarang penyakit seperti malaria. Warga Tionghoa di sana pada saat itu dipimpin oleh kapiten mereka, Phoa Beng Gan, bergotong royong membangun sebuah kanal untuk mengalirkan air dari sana ke laut.[2][5]

Sesuai dengan nama pembuatnya, saluran kanal ini diberi nama Bingamvaart yang kemudian pada tahun 1661 diubah namanya menjadi Molenvliet.[3] Nama molenvliet berasal dari kata molen yang berarti 'kincir' dan vliet yang berarti 'aliran'. Pada sisi kanan kanal, banyak terdapat industri penggilingan gula, produksi arak, dan pabrik pembuatan mesiu yang dilengkapi dengan kincir air. Oleh karena itu, kawasan ini disebut Molenvliet atau "Aliran Kincir".[6]

Pemanfaatan

sunting
 
Kegiatan mandi dan mencuci pakaian di Molenvliet tahun 1930.

Selain untuk mencegah banjir, kanal Molenvliet dibuat untuk menjadi sarana transportasi angkutan kayu, bata, dan material lainnya untuk pembangunan rumah mewah warga Belanda. Selain itu, kanal ini juga digunakan untuk mengangkut kebutuhan sehari-hari seperti barang dagangan, hasil pertanian, dan juga perkebunan. Pada tahun 1661, VOC menaikkan arus air Molenvliet untuk menggerakkan usaha penggilingan. Pengaturan debit air di kanal ini dibantu oleh Kanal Gunung Sahari.[6] Lebar kanal adalah sekitar 15 meter dengan rancangan awal selebar 25 meter dengan tanggul sebesar 3 m × 2 m.[2]

Hingga tahun 1950-an, air yang mengalir di sepanjang kanal Molenvliet masih jernih sehingga dimanfaatkan untuk keperluan mencuci pakaian, mandi, dan buang air. Kawasan ini sempat dikenal sebagai pentas bathing beauties karena di antara penduduk yang mandi, ada yang tidak menggunakan pakaian. Di daerah ini juga sering digelar berbagai pertunjukan seperti pesta perahu (peh cun) di malam hari yang diiringi tanjidor dan tarian cokek.

Bangunan di sepanjang Molenvliet

sunting

Pada abad ke-18, para pejabat dan bangsawan Belanda banyak yang membangun rumah luar-kota (buitenverblijven) di daerah Molenvliet. Salah satunya adalah Reinier de Klerk, Gubernur Jenderal VOC tahun 1777-1790 yang membangun sebuah vila atau rumah berukuran 27.000 meter persegi pada tahun 1760. Pada tahun 1925, bangunan tersebut menjadi Gedung Arsip Nasional dan hanya tersisa 9.000 meter persegi.[1][6] Di dekat Gedung Arsip Nasional ini, terdapat sebuah jalan kecil yang dinamai Jalan Kesejahteraan. Dulunya, jalan ini disebut Gang Madat karena kawasan tersebut merupakan pusat perdagangan opium sekaligus daerah prostitusi.[1]

Bangunan bersejarah lain yang dibangun di sepanjang kawasan ini adalah pabrik gas pertama di Batavia yang terletak di Gang Ketapang, Gedung Harmonie, Hotel Ernst, dan Hotel des Indes. Hotel Ernst yang terletk di ujung Jalan Hayam Wuruk (Molenvliet Oost) merupakan bangunan milik Gubernur Jenderal VOC tahun 1761-1775 yang bernama PA van de Parra. Pada tahun 1890, hotel tersebut berubah nama menjadi Hotel Wisse hingga dihancurkan pada tahun 1920. Beberapa bangunan penting yang juga sudah tidak tersisa lagi adalah toko pakaian pria "Bazar" di Jalan Gajah Mada, Marine Hotel di ujung Molenvliet West, Toko Van Arcken & Co., dan pusat perbelanjaan Eigen Hulp.[7] Toko Van Arcken & Co yang menjual jam dan perhiasan mewah dari emas, perak, permata ini, pertama kali didirikan tahun 1861 di dekat Gedung Harmoni.[8]

Juga terdapat kantor cabang dari Factorij atau NHM (bahasa Belanda: Nederlandsche Handel-Maatschappij) yang merupakan perusahaan dagang milik Belanda. Perusahaan dagang ini disebut-sebut sebagai penerus Dutch East India Company atau yang lebih dikenal dengan nama VOC (bahasa Belanda: Vereenigde Oostindische Compagnie) yang telah dibubarkan pada tahun 1799.[9] Perusahaan tersebut kemudian dinasionalisasi hingga kantor pusat dari perusahaan tersebut sekarang menjadi Museum Bank Mandiri.[10]

Aliran Molenvliet yang dihubungkan Sungai Ciliwung dan membentang dari Pancoran di utara hingga persimpangan Jalan Majapahit di selatan, semakin diperpendek pada abat ke-20. Penimbunan Ciliwung di Jembatan Toko Tiga dan Pasar Glodok, serta ditambah penimbunan di Jalan Pintu Besar Selatan hingga Jalan Labu menyebabkan aliran kanal ini memendek.[6]

Referensi

sunting
  1. ^ a b c 'Molenvliet' marked Batavia's golden age. Sari P. Setiogi. 23 April 2003. The Jakarta Post. Diakses pada 6 Mei 2013.
  2. ^ a b c Betawi Queen of the East. Alwi Sihab. Penerbit Repubika. 2004. Halaman 55-58. Diakses pada 6 Mei 2013.
  3. ^ a b Mulyawan Karim (2009). EKSPEDISI CILIWUNG, Laporan Jurnalistik Kompas, Mata Air - Air Mata. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara. hlm. 91–92. ISBN 978-9797094256. Diakses tanggal 8 Mei 2013. 
  4. ^ KJB Siap Menjelajah Kota Tua[pranala nonaktif permanen]
  5. ^ a b Phoa Kian Sioe (2007). "Sejarahnya Phoa Beng Gam". Dalam A.S., Marcus; Benedanto, P. Kesastraan Melayu Tionghoa dan Kebangsaan Indonesia. Jilid 10. Jakarta: KPG (Kepustaan Populer Gramedia). hlm. 195–196. ISBN 978-9799100795. Diakses tanggal 8 Mei 2013. 
  6. ^ a b c d Molenvliet. Diarsipkan 2013-03-22 di Wayback Machine. Jakarta.go.id. Dinas Komunikasi, Informatika dan Kehumasan Pemprov DKI Jakarta. Diakses pada 6 Mei 2013. Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "ja" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
  7. ^ Mijarto, P. (2 April 2009). "Beng Gam dan Kejayaan Molenvliet". Kompas.com. Diakses tanggal 3 Juni 2013. 
  8. ^ Van Arcken & Co.[pranala nonaktif permanen] Jakarta.go.id. Diakses pada 7 Mei 2013.
  9. ^ Nederlandsehe Handel Maatsehappij (NHM) Diarsipkan 2016-09-29 di Wayback Machine.; Jakarta.go.id; Diakses pada 8 Mei 2013.
  10. ^ Nederlandsche Handel-Maatschappij; ABNAmro.com; Diakses pada 8 Mei 2013.