Taman Pemakaman Umum Petamburan

(Dialihkan dari TPU Petamburan)

Taman Pemakaman Umum Petamburan atau TPU Petamburan adalah merupakan sebuah permakaman yang terletak di Jalan Aipda Karel Satsuit Tubun, Petamburan, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Di Taman Pemakaman Umum ini terdapat mausoleum atau bangunan pelindung makam termegah di Asia Tenggara.[1]

Salah satu makam di kompleks Taman Pemakaman Umum Petamburan

Tempat Pemakaman Umum ini sudah ada semenjak masa penjajahan Belanda. Dalam sajak karya pujangga Chairil Anwar yang diresensi oleh Zeffry Alkatiri dalam buku "Post Kolonial dan Wisata Sejarah dalam Sajak", sudah terdapat pemisahan pemakaman, orang-orang Belanda di Menteng Pulo, keturunan Arab, orang Kristen di Petamburan, dan pribumi di Karet.[2]

Mausoleum

sunting
 
Mausoleum O.G Khouw di Taman Pemakaman Umum Petamburan
 
Tampak depan dari Mausoleum O.G Khouw

Di Taman Pemakaman Umum Petamburan terdapat mausoleum atau pelindung makam yang disebut termegah di Asia Tenggara. Saat memasuki gerbang TPU Petamburan, pandangan pengunjung mungkin akan langsung tertuju pada mausoleum tersebut, karena letaknya memang tepat berada di tengah TPU. Bangunan tersebut berdiri megah, berbentuk sebuah kubah berwarna hitam, yang terbuat dari batu granit.[3]

Pembangunan Mausoleum itu dilakukan oleh istri OG Khouw. Lim Sha Nio selama empat tahun (1927-1931). OG Khouw sendiri wafat di Ragaz, Swiss pada 1 Juli 1927. Empat patung asal Italia bergaya Neorenaisans mengelilingi bangunan Mausoleum, yang melambangkan masa kehidupan manusia, yakni masa kanak-kanak, remaja, dewasa, dan lanjut usia.[4]

Sang istri, Lim Sha Nio membangun sebuah makam megah di Batavia, tepatnya di Petamburan yang kini menjadi Taman Pemakaman Umum. Lim menghabiskan dana 200.000 gulden atau setara Rp 3 miliar. Jumlah tersebut terbilang sangat fantastis pada zaman itu. Lim menggunakan jasa arsitek G Marcina, mendatangkan langsung batu marmer dari Italia, menghiasi makam dengan patung pahatan dari bongkahan marmer besar, dan merencanakan komplek pemakanan untuk keluarga Khouw.[5]

Dahulu, Mausoleum ini memiliki sebuah pintu kayu jati bergagang kuningan yang menjadi pelindung akses masuk ke dalam makam. Namun, karena faktor waktu dan vandalisme, akhirnya pintu itu dicopot dan diganti jeruji besi.[4] Masuk ke dalam Mausoleum, tampak sebuah ruangan kecil yang melingkar dengan penerangan seadanya berdinding marmer. Di salah satu sisinya terpampang marmer berwajah O.G Khouw dan istrinya Lim Sha Nio. Sayangnya, pasangan ini tidak memiliki keturunan, sehingga tidak ada yang menjaga keberlangsungan Mausoleum ini.[4]

Kuburan Yahudi

sunting
 
Panorama makam di TPU Petamburan dari udara

Selain Mausoleum O.G Khouw, di Taman Pemakaman Umum Petamburan, terdapat makam penganut Yahudi. Kepala TPU Petamburan, Ikhsan R Sururi mengatakan, ketujuh makam itu, adalah Joshua Moses Garet meninggal 1942, J.E Ballas meninggal tahun 1943, Sasson Saul Aarun meninggal tahun 1950. Kemudian, Saul Jacob Aslan meninggal tahun 1959, Esra Solomon Joseph meninggal tahun 1959, Mrs. H. Khaza meninggal di umur 73 tahun, dan satu nisan berbahasa Ibrani yang tidak ada keterangan Latin.[6] Akan tetapi, hanya 3 makam yang bentuknya masih utuh dan empat lainnya sudah hancur. Salah satu makam tersebut berwujud prisma, dengan sudut lancip menghadap ke atas. Sayang, pada makam itu terdapat jejak vandalisme yang dilakukan oleh orang tak bertanggung jawab. Sementara satu makam lain berbentuk biasa namun Identitas Yahudi yaitu barisan huruf Ibrani dan bintang bersudut enam atau heksagram. Itu adalah tanda khas Yahudi yang disebut The Star of David atau Bintang Daud.[7][8]

Rumah Guci Abu Jepang

sunting
 
Rumah Guci Abu Jepang di TPU Petamburan

Tak jauh dari Mausoleum OG Khouw, ada juga jejak sejarah lain peninggalan dari Jepang, yaitu Rumah Guci Abu. Rumah Guci Abu Jepang ini kental dengan nuansa oriental khas Jepang, pada bagian muka bangunan terlihat beberapa batu-batu alam yang dihiasi guratan kanji Jepang menjadi prasasti yang menyambut pengunjungnya.[9] Bangunan tersebut tidak dibuka secara umum untuk menjaga privasi dan keamanan dari abu jenazah yang disimpan di dalamnya. Bangunan itu biasanya dibuka dalam acara tertentu seizin dari pemilik dan pengelola tempat tersebut.[10]

Bangunan yang kental dengan nuansa khas Jepang itu menjadi tempat penyimpanan puluhan guci berisi abu jenazah warga Jepang yang meninggal. Hingga Oktober 2020, ada 79 guci abu tersimpan di sana. Pada bagian muka bangunan terlihat beberapa batu-batu alam yang dihiasi guratan kanji Jepang yang menjadi prasasti menyambut pengunjung. Tampak juga papan informasi untuk pengunjung dari Indonesia dengan ejaan Bahasa Indonesia lama “RUANG TEMPAT MENJIMPAN ABU2 DJENAZAH DJEPANG”.[11]

Referensi

sunting
  1. ^ Juliati, Sri. "Wisata Jakarta - Jangan Cuma ke Mal, 6 Kuburan di Ibu Kota Ini Bisa Jadi Destinasi Wisata Sejarah". Tribunnews.com. Diakses tanggal 2022-08-04. 
  2. ^ "Bagaimana Wajah Kota Jakarta di Mata Pujangga Chairil Anwar? - National Geographic". nationalgeographic.grid.id. Diakses tanggal 2022-08-04. 
  3. ^ Indriani, Ririn (2018-02-27). "Ada di Jakarta, Ini Dia Mausoleum Terbesar di Asia Tenggara!". Suara.com. Diakses tanggal 2022-08-04. 
  4. ^ a b c Kusumo, Rizky. "Bukti Cinta di Balik Kemegahan Mausoleum OG Khouw Petamburan". www.goodnewsfromindonesia.id. Diakses tanggal 2022-08-04. 
  5. ^ Arifin, Choirul. Arifin, Choirul, ed. "Bangunan Peneduh Makam Ini Seharga Rp 3 Miliar, Lokasinya di TPU Petamburan, Jakarta Barat". Tribunnews.com. Diakses tanggal 2022-08-04. 
  6. ^ Destryawan, Dennis. Simanjuntak, Johnson, ed. "Disinilah Peristirahatan Terakhir Umat Yahudi di Jakarta". Tribunnews.com. Diakses tanggal 2022-08-04. 
  7. ^ Alfred, Paskalis Yuri (2020-11-09). "Misteri 6 Makam Yahudi di Petamburan". GenPI.co. Diakses tanggal 2020-08-04. 
  8. ^ Rifa'i, Bahtiar. "Misteri 7 Kuburan Berlambang Bintang David di TPU Petamburan". detikcom. Diakses tanggal 2022-08-04. 
  9. ^ Gatra, Sandro (2020-11-13). Gatra, Sandro, ed. "Melihat Makam Megah hingga Rumah Guci Abu di TPU Petamburan". Kompas.com. Diakses tanggal 2020-08-04. 
  10. ^ Times, I. D. N.; Putra, Lazuardi. "Misteri Hawa Panas di Rumah Abu Jenazah Petinggi Jepang TPU Petamburan". IDN Times. Diakses tanggal 2022-08-04. 
  11. ^ Antara (2020-11-14). Chairunnisa, Ninis, ed. "Jejak Sejarah di TPU Petamburan, Rumah Guci Abu Jepang dan Makam Yahudi". Tempo.co. Diakses tanggal 2022-08-04.