Pergi ke kandungan

Seni

Daripada Wikipedia, ensiklopedia bebas.
(Dilencongkan daripada Kesenian)
Arah ikut jam daripada atas kiri: sebuah potret diri daripada Vincent van Gogh, sebuah patung Afrika Chokwe, butiran daripada Birth of Venus oleh Sandro Botticelli dan Singa Shisa Jepun

Seni (Jawi: سني) merupakan julat yang berlainan untuk kelakuan atau kegiatan manusia dan produk dihasilkan dari perilaku begitu. Rencana ini menumpukan perkara terutamanya seni visual termasuklah penciptaan imej atau objek dalam lapangan bidang seperti seni lukis, seni arca, pembuatan percetakan, fotografi dan media visual yang lain. Pada masa kini, seni merupakan luahan daya kreatif manusia yang paling dikenali dan dianggap sebagai keunggulan daya cipta manusia. Walaupun begitu, seni sukar ditakrifkan disebabkan setiap seniman mempunyai aturan dan sekatan tersendiri bagi setiap hasil kerja mereka. Seni boleh dikatakan sebagai proses dan hasil dari pemilihan saluran medium, untuk menyampaikan sama ada kepercayaan, idea, rasa, atau perasaan dalam bentuk terbaik untuk saluran tersebut.

Seni sukar ditakrifkan, sebagaimana ia sukar dinilaikan, disebabkan setiap artis memilih peraturan dan tata rajah tersendiri untuk menentukan karyanya. Masih boleh dikatakan bahawa seni adalah proses dan hasil pemilihan medium, set aturan untuk penggunaan medium tersebut, dan set nilai yang menentukan apa yang berhak di gambarkan melalui medium tersebut, agar dapat menyampaikan kepercayaan, idea, rasa, perasaan dalam bentuk paling berkesan bagi medium tersebut. Walaupun, banyak artis terikut artis dahulu, dan sebagainya. Beberapa garis panduan telah muncul untuk menetapkan bagaimana menggambarkan idea tertentu melalui simbol dan bentuk (seperti pokok selasih sebagai kekasih).

Setiap orang mempunyai pendapat tersendiri mengenai apa yang boleh dianggap seni; sebagai contoh, adakah seseorang itu boleh menghasilkan seni, sekiranya ia tidak bertujuan sebagai hasil seni. Adakah seni merupakan bentuk luahan seseorang? Adakah hasil seni dianggap seni hanya apabila ia sempurna?

Peristilahan

[sunting | sunting sumber]

Pengertian seni dalam bahasa Melayu memiliki riwayat peristilahannya sendiri yang tidak sederhana, baik dipandang dari segi terminologi mahupun etimologinya. Hal ini mula-nya disebabkan oleh ketiadaan padanan istilah yang cocok dalam bahasa Melayu untuk konsep art dalam bahasa Inggris atau kunst dalam bahasa Belanda.

Asal kata

[sunting | sunting sumber]

Asal mula kata seni dalam bahasa Melayu umum tidak begitu jelas dan memiliki banyak teori, di antaranya adalah:

  • Pinjaman istilah dipakai di Kepulauan Riau (terutamanya di Sungai Rokan) sonik yang berasal dari kata 'so' atau 'se' artinya adalah 'satu', berasal dari bahasa Sanskrit 'swa' (satu), yang digabung dengan kata 'nik' yang ertinya sesuatu yang sangat kecil atau halus. Kata sonik/sonit/seni bererti suatu yang halus bentuk rupa mahupun sifatnya.[1]
  • pinjaman kata bahasa Sanskrit sani berert "persembahan", layanan dan pemberian yang tulus.[2]
  • pinjaman kata bahasa Belanda genie [gĕ-ni-ĕ] yang artinya kemampuan luar biasa yang dibawa sejak lahir,[2] seperti makna ketiga kata seni dalam KBBI yang berarti genius.[3]

Sejarah dan polemik

[sunting | sunting sumber]

Para penterjemah karya-karya Barat di Hindia Timur Belanda pada awal abad ke-20 ada menemukan seberapa permasalahan dalam memadankan konsep-konsep Barat yang didapati hampir sukar diungkapkan dalam peristilahan bahasa Melayu termasuklah seni: meskipun gejala kesenian telah ada sebelumnya serta istilah padanannya dapat digali dari kosakata dalam bahasa-bahasa dituturi Nusantara, seperti kata kagunan dalam bahasa Jawa dan kabinangkitan dalam bahasa Sunda. Istilah kunst dalam kamus Belanda-Melayu (Klinkert atau Mayer atau Badings yang terbit pada penghujung abad ke-19 atau permulaan abad ke-20) diterjemahkan menjadi hikmat, ilmu, pengetahuan, kepandaian dan ketukangan.[4] Kamus Umum Bahasa Indonesia (terbit pertama kali 1953) oleh Purwadarminta ditengarai ialah kamus yang merekam kata seni dengan makna yang baru untuk pertama kalinya. Meskipun Purwadarminta bukanlah yang mula-mula menggunakan istilah "seni" dan "seni rupa", tetapi hal ini membuat polemik di kalangan seniman karena seakan-akan menimbulkan ketimpangan persepsi antara seni di Indonesia dan seni di Barat.[5][6] Tambahan pula, pemadanan kata "seni" untuk art atau kunst sesungguhnya terdengar sangat ganjil pada ketika itu memandangkan kata "seni" hanya sering digunakan pada konteks air seni yang merupakan penghalusan istilah untuk kencing sebelum abad ke-19.[7] Sedangkan, contoh penggunaan kata seni untuk menyebut sesuatu kecil/lembut pada konteks lainnya tidak banyak ditemukan.

Istilah "seni rupa", "seni musik", "seni teater", "seni sastera" dll. dalam bahasa Melayu Nusantara ditengarai memperlihatkan gejala adverbial. Gejala ini menunjukkan kata-kata penting (rupa, musik, tari, sastera) hanya sekadar kata keterangan (adverb) untuk kata seni. Keutamaan pada istilah-istilah itu terletak pada kata "seni"-nya. Istilah "seni" sendiri dalam bahasa Melayu Nusantara tidak membawa sifat kebendaan, walaupun merupakan kata benda abstrak. Dengan demikian, semua ungkapan seni punya kedudukan sejajar. Seni menjadi istilah yang 'terbuka'. Ungkapan seni bahkan tidak dibatasi pada seni rupa, seni tari, seni musik, dan seni teater saja (dikenal menampilkan ungkapan pribadi). Deretan istilah ini bisa diperpanjang dengan seni keris, seni batik, seni ronggeng (dan sebagainya) yang dikenal sebagai kesenian di dunia tradisi. Maka, kata seni tidak memiliki bentuk dan merupakan kondisi mental yang bisa berwujud banyak hal selama memiliki gejala seni. Gejala tersebut membuat pengertian seni dalam bahasa Melayu Nusantara lebih dekat kepada estetika.[8][6] Oleh sebab ini, terdapat banyak kesulitan dalam menyeimbangkan perkembangan wacana seni di alam-alam Melayu dan Barat, misalkan seni tari jika diterjemahkan secara formal menjadi dance art tidak akan masuk akal bagi pemakai bahasa Inggris, juga seperti seni ukir, seni musik, dsj. Bahasa Inggris dan beberapa bahasa lain juga membedakan antara istilah art dan (the) arts.

Neologisme

[sunting | sunting sumber]

Istilah seni kemungkinan besar ditemukan—atau lebih tepatnya dimaknai ulang—oleh S. Sudjojono melalui Persatuan Ahli Gambar Indonesia (PERSAGI) yang kala itu sangat giat mencari padanan istilah asar ke dalam bahasa lazim dipakai pelajar di Hindia Belanda pada saat itu. Istilah baru yang juga diperkenalkan antara lain seni lukis, lukisan, pelukis, lukisan kanvas, pematung, seni rupa, cukilan, alam benda, potret diri, watak, sanggar, sketsa, etsa, seniman, telanjang dan lain-lain. Sementara itu, istilah seniman (untuk menyebut pelaku seni) muncul pada akhir 1930-an di dalam tulisan-tulisan S Sudjojono mengenai seni lukis Indonesia. S Sudjojono mengakui bahwa istilah ”seniman” ini pertama kali diusulkan oleh Ki Mangunsarkoro—mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia.[9][10] Tulisan-tulisan S.Sudjojono juga membantu istilah-istilah tersebut semakin populer, khususnya buku Seni lukis, kesenian, dan seniman yang terbit pertama kali 1946.

Pengertian

[sunting | sunting sumber]

Beberapa pakar dan filsuf memiliki pengertian sendiri tentang seni, di antaranya dijelaskan pada alinea di bawah ini[11].

Alexander Baum Garton
Seni adalah keindahan dan seni adalah tujuan yang positif menjadikan penikmat merasa dalam kebahagiaan.
Aristoteles
Seni adalah bentuk yang pengungkapannya dan penampilannya tidak pernah menyimpang dari kenyataan dan seni itu adalah meniru alam.
Immanuel Kant
Seni adalah sebuah impian karena rumus rumus tidak dapat mengihtiarkan kenyataan.
Ki Hajar Dewantara
Seni merupakan hasil keindahan sehingga dapat menggerakkan perasaan indah orang yang melihatnya, oleh karena itu perbuatan manusia yang dapat mempengaruhi dapat menimbulkan perasaan indah itu seni.
Leo Tolstoy
Seni adalah ungkapan perasaan pencipta yanng disampaikan kepada orang lain agar mereka dapat merasakan apa yang dirasakan pelukis.
Sudarmaji
Seni adalah segala manifestasi batin dan pengalaman estetis dengan menggunakan media bidang, garis, warna, tekstur, volume dan gelap terang
S. Sudjojono
Seni adalah jiwa seniman yang terlihat. Karya seni merupakan gambaran jiwa seniman sekalipun materi yang direproduksi adalah tiruan dari kenyataan

jmpl|Cetakan tangan di Gua Pettakere di Situs Prasejarah Leang-Leang, Maros. Setidaknya diperkirakan berusia 39.900 tahun. Bentuk kesenian tertua yang ditemukan adalah seni rupa, yang meliputi penciptaan gambar atau benda yang sekarang digolongkan menjadi lukisan, patung, cetakan, fotografi dan media rupa lainnya.[12] Bentuk seni seperti patung, lukisan gua, lukisan batu, dan petroglif dari zaman Paleolitikum Akhir telah ada sejak dari 40.000 tahun yang lalu. Lukisan gua di Sulawesi disebut sebagai salah satu artefak seni tertua di dunia.[13] Akan tetapi, makna sesungguhnya dari seni tersebut masih dalam perdebatan karena kurangnya pengetahuan tentang kebudayaan yang menghasilkannya. Di gua Lubang Jeriji Saleh, Kalimantan Timur, para arkeolog menemukan gambar serupa binatang sapi yang ditegaskan sebagai karya seni figuratif tertua di dunia, diperkirakan berasal dari 40 ribu hingga 52 ribu tahun lalu (periode Paleolitik Atas dan akhir zaman es), lebih tua 5000 tahun dari penemuan sebelumnya di Sulawesi.[14] Benda seni yang disebut tertua lainnya berasal dari gua di Afrika Selatan, berusia 75.000 tahun, berbentuk rangkaian cangkang keong kecil-kecil yang dilubangi.[15] Wadah yang kemungkinan untuk tempat cat juga ditemukan dengan usia 100.000 tahun. Cangkang kerang dengan goresan oleh Homo erectus yang ditemukan tahun 2014 dipercaya berasal dari 430.000 dan 540.000 tahun yang lalu.[16]

Banyak tradisi besar dalam seni memiliki akar dari salah satu peradaban besar kuno, yakni Mesir Kuno, Mesopotamia, Persia, India, Tiongkok, Yunani Kuno, Romawi, juga Inka, Maya dan Olmek. Tiap-tiap pusat peradaban awal ini mengembangkan gaya khas dalam keseniannya. Dikarenakan ukuran dan usia peradaban-peradaban tersebut, terdapat lebih banyak karya seni yang terselamatkan dan lebih banyak pengaruh yang disebarluaskan kepada budaya-budaya yang datang kemudian. Sebagian dari peradaban tersebut bahkan memiliki catatan terawal bagaimana seniman bekerja. Sebagai contoh, seni zaman Yunani melihat pemujaan bentuk tubuh manusia dan pengembangan keterampilan yang berimbang untuk menunjukkan proporsi otot, ketenangan, kecantikan, dan anatomi yang tepat.[17]

Dalam seni peradaban Bizantium dan Abad Pertengahan Barat, banyak seni berfokus pada ekspresi subjek tentang budaya Alkitab dan keagamaan, dan menggunakan gaya yang menunjukkan kemuliaan yang lebih tinggi bagi dunia surgawi, seperti penggunaan emas pada latar belakang lukisan, atau kaca dalam mosaik atau jendela, yang juga menyajikan figur-figur dalam bentuk yang ideal, berpola (datar). Namun demikian, tradisi realis klasik bertahan dalam karya-karya kecil Bizantium, dan realisme terus tumbuh dalam seni Katolik Eropa.[18]

Seni Renaisans kemudian berkembang dengan lebih menekankan pada penggambaran realistik dunia bendawi, dan tempat manusia di dalamnya. Hal itu tercermin dari penggambaran jasmani tubuh manusia, dan perkembangan metode sistematis penggambaran jauh-dekat dari sudut pandang grafis untuk mendapatkan kesan ruang tiga dimensi.[19] jmpl|248x248px|Langit-langit kubah Shah Cheragh, Iran, memperlihatkan paduan pola geometris dan kaligrafi dalam arsitektur Timur Tengah. Di Timur, penolakan seni Islami terhadap ikonografi mengakibatkan pengutamaan pada pola geometris, kaligrafi dan arsitektur.[20] Di Timur jauh, agama juga menguasai gaya dan bentuk kesenian. India dan Tibet memperlihatkan penekanan pada patung lukis dan tarian, sedangkan lukisan agamawi meminjam banyak aturan dari kesenian patung dan cenderung memiliki warna-warna terang yang kontras dengan penekanan pada garis-garis batasnya. Sementara itu, Cina memperlihatkan banyak perkembangan bentuk seni: ukiran giok, kerajinan perunggu, tembikar (termasuk tentara terakota dari Kekaisaran Qin[21]), syair, kaligrafi, musik, lukis, drama, fiksi, dll. Gaya seni Cina sangat beragam dari zaman ke zaman dan masing-masingnya dinamai berdasarkan dinasti yang berkuasa. Jadi, sebagai contoh, lukisan-lukisan dinasti Tang memiliki warna monokromatik dan renggang-renggang, menekankan bentang yang ideal. Akan tetapi, lukisan-lukisan dinasti Ming berwarna-warni dan padat, dan berfokus untuk bercerita dengan pengaturan latar dan komposisi.[22] Jepang juga menamai gaya-gaya dalam kesenian mereka dengan dinasti kekaisaran juga, dan menampakkan banyak pembauran antara gaya kaligrafi dan lukis. Cetak balok kayu menjadi penting di Jepang setelah abad ke-17.[23]

Abad Pencerahan di Barat pada abad ke-18 melihat penggambaran artistik dari sudut kepastian fisik dan rasionalnya, serta visi politik revolusioner dari dunia pasca-monarki, seperti penggambaran Blake tentang Newton sebagai geometer ilahi[24], atau lukisan-lukisan propaganda David. Hal ini menyebabkan penolakan Romantisisme demi gambar-gambar dari sisi emosional dan individualitas manusianya, dicontohkan dalam novel-novel Goethe. Kemudian penghujung abad ke-19 memunculkan sejumlah gerakan artistik, seperti seni akademik, simbolisme, impresionisme, dan fauvisme.[25][26]

Sejarah seni abad kedua puluh adalah narasi tentang kemungkinan yang tak terbatas dan pencarian standar-standar baru, masing-masing gerakan ditumbangkan secara berurutan oleh yang datang berikutnya. Dengan demikian, ukuran-ukuran impresionisme, ekspresionisme, fauvisme, kubisme, dadaisme, surealisme, dll. tidak dapat dipertahankan jauh melampaui waktu penemuan mereka. Meningkatnya keterhubungan global sepanjang masa ini memperlihatkan pengaruh yang setara dari budaya lain ke dalam kesenian Barat. Dengan demikian, cetakan balok kayu Jepang (dipengaruhi oleh kejurugambaran Renaisans Barat) memiliki pengaruh besar pada impresionisme dan perkembangan selanjutnya. Contoh lainnya, patung-patung Afrika diambil oleh Picasso dan sampai batas tertentu oleh Matisse. Demikian pula, pada abad ke-19 dan ke-20, gagasan-gagasan Barat memiliki dampak besar pada seni di Timur seperti komunisme dan pascamodernisme yang memberikan pengaruh kuat.[27]

Seni memiliki sejumlah besar fungsi yang berbeda sepanjang sejarahnya, sehingga tujuannya sulit untuk diabstraksikan atau dikuantifikasi dengan konsep tunggal apa pun. Namun hal ini tidak menyiratkan bahwa tujuan seni adalah sesuatu yang "kabur", melainkan bahwa seni tercipta dengan memiliki banyak alasan unik dan berbeda. Beberapa kegunaan seni disediakan dalam garis besar berikut. Berbagai tujuan seni dapat dikelompokkan sesuai dengan yang tidak termotivasi, dan yang termotivasi (Lévi-Strauss).[28]

Kegunaan tanpa dorongan

[sunting | sunting sumber]

Kegunaan seni yang tidak termotivasi adalah tujuan yang tak terpisahkan dalam proses menjadi manusia, melampaui diri pribadi, atau tidak memenuhi tujuan luar tertentu. Dalam pengertian ini, seni, sebagai daya cipta, adalah sesuatu yang harus dilakukan manusia sesuai dengan kodratnya (yaitu, tidak ada spesies lain yang menciptakan seni), dan karenanya melampaui kegunaan praktis.

  1. Naluri dasar manusia untuk keselarasan, keseimbangan, dan ritme. Seni pada tingkat ini bukanlah tindakan atau pun objek, melainkan penghargaan internal atas keseimbangan dan keselarasan (keindahan), dan karena itu merupakan aspek manusia di luar utilitas.
  2. Pengalaman yang misterius. Seni menyediakan cara untuk mengalami diri sendiri dalam hubungannya dengan alam semesta. Pengalaman ini mungkin sering datang tanpa motivasi, karena orang menghargai seni, musik, atau puisi.
  3. Ungakapan imajinasi. Seni menyediakan sarana untuk mengungkapkan imajinasi dengan cara non-tata bahasa yang tidak terikat pada formalitas bahasa lisan atau tulisan. Tidak seperti kata-kata, yang datang dalam urutan dan masing-masing memiliki makna yang pasti, seni menyediakan berbagai bentuk, simbol, dan gagasan dengan makna yang luwes.
  4. Fungsi ritual dan simbolis. Dalam banyak budaya, seni digunakan dalam ritual, pertunjukan dan tarian sebagai hiasan atau simbol. Sementara hal tersebut sering tidak memiliki tujuan kegunaan spesifik (termotivasi), antropolog mengetahui bahwa seni dalam ritual sering digunakan pada tingkat makna dalam budaya tertentu. Makna ini tidak dilengkapi oleh satu individu, tetapi seringkali merupakan hasil dari banyak perubahan generasi, dan hubungan kosmologis dalam budaya.

Kegunaan berdorongan

[sunting | sunting sumber]

Kegunaan seni yang termotivasi mengacu pada tindakan yang disengaja dan sadar dari seniman atau penciptanya. Hal ini mungkin membawa perubahan politik, untuk mengomentari suatu aspek dalam masyarakat, untuk menyampaikan emosi atau suasana hati tertentu, untuk menunjukkan psikologi pribadi, untuk menggambarkan disiplin lain, untuk (dengan seni komersial) menjual produk, atau hanya sekadar bentuk komunikasi.

  1. Komunikasi. Seni, paling sederhana, adalah bentuk komunikasi. Karena sebagian besar bentuk komunikasi memiliki maksud atau tujuan yang diarahkan kepada individu lain, ini adalah tujuan yang termotivasi. Kesenian ilustrasi, seperti ilustrasi ilmiah, adalah bentuk seni sebagai komunikasi. Peta adalah contoh lain. Namun, isinya tidak perlu ilmiah. Emosi, suasana hati dan perasaan juga dikomunikasikan melalui seni.
  2. Seni sebagai hiburan. Seni dapat menghadirkan emosi atau suasana hati tertentu, untuk tujuan bersantai atau menghibur pemirsa. Ini sering merupakan fungsi dari industri seni gambar bergerak dan permainan video.[29]
  3. Seni untuk perubahan politik. Salah satu fungsi seni awal abad ke-20 adalah menggunakan gambar-gambar visual untuk menghasilkan perubahan politik. Gerakan-gerakan seni yang memiliki tujuan ini—misalnya Dadaisme, Surealisme, konstruktivisme Rusia, dan Ekspresionisme Abstrak— secara kolektif disebut sebagai seni avante-garde.
  4. Seni sebagai "zona bebas", jauh dari aksi celaan sosial. Berbeda dengan gerakan avant-garde, yang ingin menghapus perbedaan budaya untuk menghasilkan nilai-nilai universal yang baru, seni kontemporer telah meningkatkan toleransi terhadap perbedaan budaya serta fungsi-fungsi kritis dan membebaskannya (penyelidikan sosial, aktivisme, subversi, dekonstruksi ... ), menjadi tempat yang lebih terbuka untuk penelitian dan percobaan.
  5. Seni untuk penyelidikan sosial, subversi dan/atau anarki. Sementara mirip dengan seni untuk perubahan politik, seni subversif atau dekonstruktivistik dapat berupaya mempertanyakan aspek-aspek masyarakat tanpa tujuan politik tertentu. Dalam hal ini, fungsi seni mungkin hanya untuk mengkritik beberapa aspek masyarakat.jmpl|649x649px|Grafiti cat semprot di dinding di RomaSeni grafiti dan jenis seni jalanan lainnya adalah gambar dan gambar yang dilukis dengan semprotan atau stensil pada dinding, bangunan, bus, kereta api, dan jembatan yang dapat dilihat secara publik, biasanya tanpa izin. Bentuk seni tertentu, seperti grafiti, mungkin juga ilegal ketika mereka melanggar hukum (dalam hal ini vandalisme).
  6. Seni untuk tujuan sosial. Seni dapat digunakan untuk meningkatkan kesadaran untuk berbagai macam tujuan. Sejumlah kegiatan seni ditujukan untuk meningkatkan kesadaran autisme, kanker, perdagangan manusia, dan berbagai topik lainnya, seperti sebagai konservasi lautan, hak asasi manusia di Darfur, membunuh dan kehilangan perempuan Aborigin, pelecehan yang lebih tua, dan pencemaran. Trashion, menggunakan tempat sampah untuk membuat mode, dipraktikkan oleh seniman seperti Marina DeBris adalah salah satu contoh menggunakan seni untuk meningkatkan kesadaran tentang polusi.
  7. Seni untuk tujuan psikologis dan penyembuhan. Seni juga digunakan oleh terapis seni, psikoterapis dan psikolog klinis sebagai terapi seni. Seri Gambar Diagnostik, misalnya, digunakan untuk menentukan fungsi kepribadian dan emosi pasien. Produk akhir bukanlah tujuan utama dalam kasus ini, melainkan proses penyembuhan, melalui tindakan kreatif. Karya seni yang dihasilkan juga dapat menawarkan wawasan tentang masalah yang dialami oleh subjek dan dapat menyarankan pendekatan yang sesuai untuk digunakan dalam bentuk terapi kejiwaan yang lebih konvensional.[30]
  8. Seni untuk propaganda, atau komersialisme. Seni sering digunakan sebagai bentuk propaganda, dan dengan demikian dapat digunakan untuk secara halus mempengaruhi konsepsi atau suasana hati yang populer. Dengan cara yang sama, seni yang mencoba menjual produk juga memengaruhi suasana hati dan emosi. Dalam kedua kasus tersebut, tujuan seni di sini adalah untuk secara halus memanipulasi pemirsa menjadi respons emosional atau psikologis tertentu terhadap gagasan atau objek tertentu.[31]
  9. Seni sebagai indikator kebugaran. Telah dikemukakan bahwa kemampuan otak manusia jauh melebihi apa yang dibutuhkan untuk bertahan hidup di lingkungan leluhur. Salah satu penjelasan psikologi evolusioner untuk ini adalah bahwa otak manusia dan sifat-sifat terkait (seperti kemampuan artistik dan kreativitas) adalah padanan manusia untuk ekor burung merak. Tujuan dari ekor merak jantan yang luar biasa adalah untuk menarik perhatian betina. Menurut teori ini, penggarapan seni yang unggul itu secara evolusioner penting karena untuk menarik perhatian pasangan.[32]

Fungsi seni yang dijelaskan di atas tidak saling berdiri sendiri-sendiri, karena banyak dari mereka mungkin tumpang tindih. Misalnya, seni untuk tujuan hiburan juga dapat berupaya untuk menjual suatu produk, yaitu film atau permainan video.

Cabang-cabang seni

[sunting | sunting sumber]

Umumnya seni dibahagi menjadi dua cabang besar, yakni seni halus (fine art) dan seni terapan (applied art).

Seni halus

[sunting | sunting sumber]

Seni jenis ini tidak memperhatikan unsur praktis. Karya seni rupa murni adalah ungkapan daya cipta pembuatnya. Cabang-cabang seni rupa murni di antaranya adalah[33]:

Seni terapan

Seni jenis ini pula lebih memperhatikan nilai kepraktisan atau kegunaan dari karya seni. Seni rupa terapan seringkali disebut juga dengan desain. Cabang-cabang seni rupa terapan antara lain adalah sebagai berikut:

Bidang kesenian

[sunting | sunting sumber]

Terdapat banyak cabang bidang kesenian. Masa kini, seni merujuk kepada seni yang dapat dilihat, terutamanya lukisan and ukiran, dan fotografi.

Beberapa bidang seni juga dikenali sebagai seni halus (fine arts), termasuk muzik, penulisan, puisi, tarian, and the teater. Cabang dari kesenian theater adalah perfileman dan animasi, dan terkini, multimedia. Mereka yang bergiat dalam bidang theater dan perfileman biasanya dikenali secara amnya sebagai seniman.

Apabila sesuatu itu dilakukan dengan begitu sempurna, ia juga boleh dianggap seni: kejayaan kejuruteraan seperti Jambatan Golden Gate (Golden Gate Bridge) boleh dianggap sebagai hasil seni. Seni reka juga dianggap sebagai satu gaya kesenian: lihat Menara Eiffel atau katedral Notre Dame. Seni reka adalah gabungan antara seni dan sains. Aturcara komputer juga boleh dianggap seni;

Seni tidak hanya untuk tujuan aesthetik; seni dan pertukangan berkaitan dengan menghasilkan benda berguna kepada seni. seni perdagangan ("komunikiasi visual") menggunakan kaedah artistik untuk menyampaikan maklumat seperti melalui pengiklanan. Kadang-kala orang melihat seni dari benda rawak yang tidak bertujuan sebagai hasil seni; seni sedemikian dikenali sebagai seni jumpa.


Contoh bidang kesenian

[sunting | sunting sumber]
  1. Nyanyian
  2. Lakonan
  3. Muzik
  4. Lukisan
  5. Ukiran
  6. Penulisan
  7. Puisi
  8. Origami
  9. Bonsai
  10. Suiseki
  11. Seni bela diri
  12. Masakan (Kulinari)
  1. ^ "Indonesian Art & Culture Community | Ada apa dengan istilah seniman?". indonesianartculture.org. Dicapai pada 2018-10-27.
  2. ^ a b Yusa, I. Made Marthana (2016-03-31). SINERGI SAINS, TEKNOLOGI DAN SENI: DALAM PROSES BERKARYA KREATIF DI DUNIA TEKNOLOGI INFORMASI (dalam bahasa Indonesia). Stimik Stikom Indonesia. ISBN 9786027066502.
  3. ^ "Hasil Pencarian - KBBI Daring". kbbi.kemdikbud.go.id. Dicapai pada 2018-10-29.
  4. ^ Sudjoko dalam Sachari, Agus (1986) Seni, Desain dan Teknologi. Bandung: Penerbit Pustaka. Hal.75
  5. ^ World, Denny JA's. "Denny JA's World : Wawancara saya dengan saya - Jim Supangkat". Denny JA's World. Dicapai pada 2018-10-28.
  6. ^ a b Supangkat, Jim (2006). Ikatan silang budaya: seni serat Biranul Anas (dalam bahasa Indonesia). Kepustakaan Populer Gramedia. ISBN 9789799100597.
  7. ^ Susanto, Sophia (April 2012) The Problematic Rupture of ‘Gerakan Seni Rupa Baru’: The Indonesian New Art Movement of the 1970s. Hal. 22-23. http://archive.ivaa-online.org/files/uploads/texts/20120400%20The%20Problematic%20Rupture%20of%20GSRB.pdf
  8. ^ "ideology". mbewthea.angelfire.com. Dicapai pada 2018-10-29.
  9. ^ "Hyphen — » Seniman atau "seniman"? (11 September-2 Oktober 2011)". hyphen.web.id. Dicapai pada 2018-10-28.
  10. ^ Sudjojono, S. (2017-06-12). Cerita Tentang Saya dan Orang-orang Sekitar Saya (dalam bahasa Indonesia). Kepustakaan Populer Gramedia. ISBN 9786024243074.
  11. ^ Badriya, Yaya (2017-01-05). "30 Pengertian Seni Menurut Para Ahli Terlengkap". IlmuSeni.com (dalam bahasa Indonesia). Dicapai pada 2019-01-13.
  12. ^ Matthew; Thierry Lenain; Hubert Locher (22 Juni 2012). Art History and Visual Studies in Europe: Transnational Discourses and National Frameworks. BRILL. pp. 222–223. ISBN 978-90-04-21877-2. Diakses 23 June 2018.
  13. ^ Cyranoski, David (2014-10-08). "World's oldest art found in Indonesian cave". Nature (dalam bahasa Inggeris). doi:10.1038/nature.2014.16100. ISSN 1476-4687.
  14. ^ "Gambar Hewan Tertua Dari 40 Ribu Tahun Lalu Ditemukan di Kalimantan - Nationalgeographic.grid.id". 2018-11-08. Dicapai pada 2018-11-09.
  15. ^ Radford, Tim (2004-04-16). "World's oldest jewellery found in cave". the Guardian (dalam bahasa Inggeris). Dicapai pada 2018-11-02.
  16. ^ Brahic, Catherine. "Shell 'art' made 300,000 years before humans evolved". New Scientist (dalam bahasa Inggeris). Dicapai pada 2018-11-02.
  17. ^ Gombrich, p.83, pp.75-115 pp.132-141, pp.147-155, p.163, p.627.
  18. ^ Gombrich, pp.86-89, pp.135-141, p.143, p.179, p.185.
  19. ^ Tom Nichols (1 Desember 2012). Renaissance Art: A Beginner's Guide. Oneworld Publications. ISBN 978-1-78074-178-9.
  20. ^ Gombrich, hal. 127-128
  21. ^ Gombrich, hal. 634-635
  22. ^ William Watson (1995). The Arts of China 900-1620. Yale University Press. ISBN 978-0-300-09835-8.
  23. ^ Gombrich, hal.155, hal.530.
  24. ^ Colin Moore (6 August 2010). Propaganda Prints: A History of Art in the Service of Social and Political Change. A&C Black. p. 76. ISBN 978-1-4081-0591-7.
  25. ^ Gombrich, hal. 394-395, hal. 519-527, hal. 573-575.
  26. ^ "The Age of Enlightenment An Anthology Prepared for the Enlightenment Book Club" (PDF) [1]. hal. 1–45. 26 Mei 2018.
  27. ^ The New York Times Book Review. 1, 84. New York Times Company. 1979. hal. 30.
  28. ^ Schiuma, Giovanni (2011-05-19). The Value of Arts for Business (dalam bahasa Inggeris). Cambridge University Press. ISBN 9781139496650.
  29. ^ Resources, Management Association, Information (2014-06-30). Digital Arts and Entertainment: Concepts, Methodologies, Tools, and Applications: Concepts, Methodologies, Tools, and Applications (dalam bahasa Inggeris). IGI Global. ISBN 9781466661158.
  30. ^ Hogan, Susan (2001). Healing Arts: The History of Art Therapy (dalam bahasa Inggeris). Jessica Kingsley Publishers. ISBN 9781853027994.
  31. ^ Barthes, Roland (1993). Mythologies (dalam bahasa Inggeris). Vintage. ISBN 9780099972204.
  32. ^ Dutton, Denis. 2003. "Aesthetics and Evolutionary Psychology" dalam The Oxford Handbook for Aesthetics. Oxford University Press.
  33. ^ Seni dan Budaya (dalam bahasa Indonesia). PT Grafindo Media Pratama. ISBN 9789797583699.

Pautan luar

[sunting | sunting sumber]