Lompat ke isi

Anak Domba Allah

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Seekor domba yang memegang sebuah panji Kristen merupakan simbol khas Agnus Dei.

Anak Domba Allah (bahasa Yunani: Ἀμνὸς τοῦ Θεοῦ, Amnos tou Theou; bahasa Latin: Agnus Dei) adalah salah satu gelar Yesus yang ditampilkan dalam Injil Yohanes. Frasa ini terdapat dalam Yohanes 1:29, di mana Yohanes Pembaptis melihat Yesus dan berseru, "Lihatlah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia."[1]

Meskipun "Anak Domba Allah" merujuk pada ajaran-ajaran Kristen tentang peranan Yesus Kristus sebagai kurban persembahan yang sempurna, argumen-argumen Kristologis memisahkan istilah ini dari konsep Kekristenan mengenai "kambing hitam", berkenaan dengan Perjanjian Lama Yunani, yang adalah seseorang atau hewan yang dikenakan hukuman atas dosa-dosa orang lain tanpa mengetahuinya atau menginginkannya. Doktrin Kristen menyatakan bahwa Yesus ilahi memilih untuk mengalami penderitaan sebagai kurban manusia di Kalvari sebagai suatu tanda ketaatan penuh kepada kehendak Allah ilahi-Nya, sebagai seorang "perantara dan hamba Allah".[2][3] Konsep Kristen mengenai Anak Domba Allah dipandang mengambil dasar secara bebas pada Korban Pesach Yahudi, yang mana tidak ada hubungannya dengan kurban manusia ataupun dengan dosa dalam hal apapun. Dalam teologi Kristen, Anak Domba Allah dipandang mendasar dan integral bagi pesan Kekristenan; sementara Yudaisme mutlak menolaknya dan menganggapnya sebagai Avodah Zarah ("penyembahan berhala").[4][5]

Seekor anak domba seperti singa yang bangkit untuk memberikan kemenangan setelah disembelih diperlihatkan dalam beberapa bagian Kitab Wahyu.[6] Hal ini juga disebutkan dalam tulisan-tulisan Paulus, 1 Korintus 5:7 mengemukakan bahwa Santo Paulus merujuk pada kematian Yesus, yang mana adalah Anak Domba Paskah, menggunakan tema yang dapat ditemukan dalam tulisan-tulisan Yohanes.[7]

Gelar Anak Domba Allah digunakan secara luas dalam doa-doa Kristen, dan Agnus Dei digunakan sebagai salah satu bagian standar dalam Misa Katolik, serta dalam Liturgi Barat klasik dalam Gereja Anglikan dan Lutheran. Gelar ini digunakan dalam liturgi dan juga sebagai salah satu bentuk doa kontemplatif.[8][9] Agnus Dei juga merupakan bagian dari pengaturan musik untuk Misa.

Sebagai suatu motif visual, anak domba telah sering sekali direpresentasikan sejak Abad Pertengahan sebagai anak domba bermahkota cahaya yang sedang berdiri dengan mengangkat satu kaki depan sambil "memegang" umbul-umbul bergambar palang merah (salib berwarna merah) berlatar warna putih, walaupun digunakan juga banyak cara lain untuk merepresentasikannya.

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ (Inggris) The Lamb of God by Sergei Bulgakov 2008 ISBN 0-8028-2779-9 page 263
  2. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama anselm
  3. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Cullmann
  4. ^ (Inggris) Karl Gerlach (1998). The Antenicene Pascha: A Rhetorical History. Peeters Publishers. hlm. 21. Long before this controversy, Ex 12 as a story of origins and its ritual expression had been firmly fixed in the Christian imagination. Though before the final decades of the second century only accessible as an exegetical tradition, already in the Paulin letters the Exodus saga is deeply involved with the celebration of bath and meal. Even here, this relationship does not suddenly appear, but represents developments in ritual narrative that mus have begun at the very inception of the Christian message. Jesus of Nazareth was crucifed during Pesach-Mazzot, an event that a new covenant people of Jews and Gentiles both saw as definitive and defining. Ex 12 is thus one of the few reliable guides for tracing the synergism among ritual, text, and kerygma before the Council of Nicaea. 
  5. ^ (Inggris) Matthias Reinhard Hoffmann (2005). The Destroyer and the Lamb: The Relationship Between Angelomorphic and Lamb Christology in the Book of Revelation. Mohr Siebeck. hlm. 117. ISBN 3-16-148778-8. 1.2.2. Christ as the Passover Lamb from Exodus A number of features throughout Revelation seem to correspond to Exodus 12: The connection of Lamb and Passover, a salvific effect of the Lamb's blood and the punishment of God's (and His people's) opponents from Exodus 12 may possibly be reflected within the settings of the Apocalypse. The concept of Christ as a Passover lamb is generally not unknown in NT or early Christian literature, as can for instance be seen in 1 Corinthians 5:7, 1 Peter 1:19 or Justin Martyr's writing (Dial. 111:3). In the Gospel of John, especially, this connection between Christ and Passover is made very explicit. 
  6. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Glabach
  7. ^ (Inggris) St. John Chrysostom, Homily 15 on First Corinthians 
  8. ^ (Inggris) Holy Conversation: Spirituality for Worship by Jonathan Linman 2010 ISBN 0-8006-2130-1 page 148
  9. ^ (Inggris) Prayer Book Parallels: The Public Services of the Church by Paul Victor Marshall 1990 ISBN 0-89869-181-8 page 369