Lompat ke isi

Kartago Romawi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Pada kurang lebih 100 tahun setelah penghancuran Kartago Punisia pada tahun 146 SM, sebuah kota baru dengan nama yang sama, Carthāgō dalam bahasa Latin, dibangun di tanah yang sama oleh Romawi dalam periode 49–44 SM. Pada abad ke-3, Kartago telah berkembang menjadi salah satu kota terbesar dalam Kekaisaran Romawi, dengan jumlah penduduk mencapai beberapa ratus ribu. Kota ini menjadi pusat provinsi Romawi di Afrika, yang merupakan salah satu lumbung padi utama Kekaisaran. Pada tahun 308–311, Kartago singkat menjadi ibu kota pemberontak, Domitius Alexander. Namun, pada tahun 439, kota ini ditaklukkan oleh bangsa Vandal dan menjadi ibu kota Kerajaan Vandal selama satu abad. Setelah direbut kembali oleh Kekaisaran Romawi Timur pada tahun 533–534, Kartago tetap menjadi pusat regional Kekaisaran Romawi Timur, menjadi kursi prefektur pretorian Afrika (setelah 590, Ekarki Afrika). Pada tahun 698, setelah Pertempuran Kartago, kota ini dirampas dan dihancurkan oleh pasukan Arab Umayyad untuk mencegah penaklukan kembali oleh Kekaisaran Bizantium. Sebuah benteng di lokasi tersebut dijaga oleh pasukan Muslim hingga periode Hafsid, ketika berhasil direbut oleh pasukan Salib selama Perang Salib Kedelapan. Setelah penarikan pasukan Salib, penguasa Hafsid memutuskan untuk menghancurkan benteng tersebut untuk mencegah penggunaan masa depan oleh kekuatan musuh. Kartago Romawi kemudian digunakan sebagai sumber bahan bangunan untuk Kairouan dan Tunis pada abad ke-8.

Sejarah Awal

[sunting | sunting sumber]
Close up view of a Punic statue depicting the god Baal Hammon, from the era of Roman Carthage, 1st century BC, Bardo National Museum of Tunis

Setelah Romawi menaklukkan Kartago, pesaing terdekatnya, Utica, yang merupakan sekutu Romawi, diangkat sebagai ibu kota wilayah tersebut. Untuk sementara waktu, Utica menggantikan Kartago sebagai pusat perdagangan dan pemerintahan Punisia. Keunggulan posisi kota ini terletak pada lokasinya yang strategis di muara Sungai Medjerda, satu-satunya sungai di Tunisia yang mengalir sepanjang tahun. Namun, dikarenakan aktivitas pertanian di pegunungan Tunisia, banyak lumpur yang akhirnya terbawa ke sungai. Lumpur tersebut kemudian menumpuk di pelabuhan hingga menyebabkan pelabuhan tidak berfungsi, sehingga Romawi mulai mencari kota pelabuhan baru.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
Sumber

Bacaan tambahan

[sunting | sunting sumber]