Lompat ke isi

Organisasi Budi Daya

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Organisasi Budi Daya adalah organisasi yang didirikan oleh Anak-anak Bapak Mei Kartawinata pada tahun 1980 di Kabupaten Bandung. Pada awalnya organisasi Budi Daya berasal dari satu sumber dengan Organisasi Aliran Kebatinan Perjalanan, yaitu dari sumber "Perdjalanan-Lalampahan". Organisasi Aliran Kebatinan Perjalanan berpusat di Jakarta, sedangkan Organisasi Budi Daya berkedudukan pusat di Provinsi Jawa Barat.[1]

Penemu atau penggali pertama ajaran dalam organisasi Budi Daya adalah Bapak Mei Kartawinata, Beliau lahir di Bandung, tanggal 1 Mei 1897. Pada awal buku catatan ajarannya yang diberi nama Katineung (ke-ingat-an), beliau menguraikan timbulnya kesadaran spiritual, semacam pencerahan, di dalam dirinya, melalui suara tanpa ada orangnya yang memberi penerangan kepada dirinya. Hal ini merupakan sebagai isyarat atau lambang tuntunan Tuhan Yang Maha Esa. Peristiwa itu terjadi pada hari Jumat Kiwon, 17 September 1927 di Kampung Cimerta, Subang, Purwakarta, Jawa Barat.

Susunan Pengurus Organisasi Budi Daya

[sunting | sunting sumber]

Susunan Pengurus Organisasi Budi Daya terdiri atas:

  • Pinisepuh: Ibu Maryam Kartawinata
  • Ketua: Ir. Engkus Ruswana
  • Sekretaris: Djon Edy M.S.
  • Bendahara: Tuty Ekawati

Alamat Organisasi Budi Daya

[sunting | sunting sumber]

Alamat Organisasi Budi Daya di Jalan Wastukencana No. 33 Bandung, Jawa Barat.

Inti Ajaran Budi Daya

[sunting | sunting sumber]

Ajaran ini secara tegas menyebutkan bahwa manusia itu bukan berasal dari hewan atau sato. Adanya manusia adalah kehendak dan ciptaan Tuhan. Kapan mulai ada tidak tahu. Organisasi ini memiliki pandangan bahwa yang dapat diketahui itu adalah segala sesuatu yang dialami, yang belum atau tidak dialami tidak bisa menyatakannya.

Bagi ajaran Organisasi Budi Daya pandangan tugas dan kewajiban bertolak dari paham kemanusiaan (kamanu-sa'an) yang berarti sebagai mahluk terbebani tugas dan kewajiban untuk mengerjakan perkejaan manusia, selamanya mengabdi kepada Tuhannya. Manusia sebagai abdi Tuhan mempunyai garis keyakinan yang paling mendasar yang hal tersebut menjadi pengamalan dalam kehidupan pribadi yang banyak dikakukan dengan berbagai kegiatan sosial yang dilakukan dalam tata kehidupan, yakni pembinaan kepemudaan, pemninaan kewanitaan, pembinaan seni budaya, pembinaan manusia pembangunan dan pertolongan terhadap sesama.

Lambang Organisasi Budi Daya

[sunting | sunting sumber]


Rujukan

  1. ^ Ensiklopedi kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Indonesia. Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa. [Jakarta]: Direktorat Jenderal Nilai Budaya, Seni dan Film, Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 2006. ISBN 9789791607117. OCLC 424338489.