Lompat ke isi

Rumah Jawa

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Rumah adat Jawa adalah rumah tradisional yang dikenal dalam kebudayaan Jawa. Terdapat beberapa jenis rumah adat Jawa, baik yang terbagi berdasarkan wilayah maupun yang terbagi berdasarkan rancangan arsitekturnya. Berbagai macam rumah adat Jawa biasanya dibedakan dari bentuk atapnya yang berdinding kayu atau gedeg (anyaman bambu besar), sedangkan di Ponorogo berdinding dan berlantai batu bata.

Jenis-jenis

[sunting | sunting sumber]

Rumah Jawa yang dapat ditemukan saat ini adalah arsitektur tradisional Jawa yang berkembang sejak abad ke-15 dimasa Majapahit mengalami keruntuhan sehinga disederhanakan oleh Wali Songo,dalam lingkup wilayah ibu kota Wilwatikta terdapat pendopo keraton ri Wengker, Arsitektur keraton Majapahit mengadopsi dari gaya rumah Wengker yang sudah menggunakan batu bata sejak lama sehingga mudah dibentuk dan cepat dibangun sesuai keinginan dibandingkan menggunakan dasar batu andesit.

sehingga terdiri atas 5 tipe dasar (pokok) model arsitektur rumah tradisional Jawa yaitu:

Rumah Joglo

Joglo adalah nama rumah adat dan bentuk atap paling dikenal dari arsitektur Jawa. Rumah dengan model atap seperti ini umumnya digunakan oleh keluarga bangsawan.[1]

  • Joglo Lawakan
  • Joglo Sinom
  • Joglo Jompongan
  • Joglo Pangrawit
  • Joglo Mangkurat
  • Joglo Hageng
  • Joglo Semar Tinandhu
Rumah dengan atap tipe limasan dengan samping kanan-kiri yang kecil

Limasan adalah model atap yang dikembangkan dari rumah kampung, tetapi digunakan oleh keluarga yang memiliki status lebih tinggi. Rancangan rumah dikembangkan ke empat sisi samping dari atap utama sehingga tampak seperti atap perisai.[1]

  • Limasan Lawakan
  • Limasan Gajah Ngombe
  • Limasan Gajah Njerum
  • Limasan Apitan
  • Limasan Pacul Gowang
  • Limasan Cere Gancet
  • Limasan Trajumas
  • Limasan Gajah Mungkur
  • Limasan Klabang Nyander
  • Limasan Lambang Teplok
  • Limasan Semar Tinandu
  • Limasan Lambang Sari
  • Limasan Semar Pinondhong, contohnya Bangsal Kama, Kraton Cirebon
Rumah kampung di Salatiga
  • Kampung Pokok
  • Kampung Trajumas
  • Kampung Pacul Gowang
  • Kampung Srotong
  • Kampung Cere Gancet
  • Kampung Gotong Mayit
  • Kampung Semar Pinondhong
  • Kampung Apitan
  • Kampung Gajah Njerum
  • Kampung Gajah Ngombe
  • Kampung Doro Gepak
  • Kampung Klabang Nyander
  • Kampung Jompongan Lambang Teplok Semar Tinandhu (untuk tobong kapur)
  • Kampung Lambang Teplok (untuk gudang genteng)

Panggang Pe

[sunting | sunting sumber]

Rumah panggang pe diambil dari kata panggang dan pe (pepe, menjemur) yang pada zaman dahulu atapnya dimanfaatkan untuk menjemur hasil bumi.

  • Panggang Pe Pokok
  • Panggang Pe Trajumas
  • Panggang Pe Empyak Setangkep
  • Panggang Pe Gedhang Selirang
  • Panggang Pe Gedhang Setangkep
  • Panggang Pe Cere Gancet
  • Panggang Pe wujud kios
  • Panggang Pe Kodokan (jengki)
  • Panggang Pe Barengan
  • Panggang Pe Cere Gancet
Masjid Soko Tunggal beratap tajug

Atap tajugan juga dikenal dengan istilah mesjidan karena digunakan untuk bangunan masjid/rumah ibadah.

  • Mesjidan Cungkup Pokok
  • Mesjidan Lawakan (langgar)
  • Mesjidan Lambang Teplok, contoh: Bangsal Gianyar, Bali
  • Mesjidan payung agung (meru), susun 3 untuk rakyat biasa, 5 untuk keluarga raja, 7 untuk pangeran, 11 untuk raja, contoh Pamujaan Besakih, Bali
  • Tajug Tawon Boni, contoh: Bangsal Pajajaran
  • Tajug Tiang Satu Lambang Teplok, conto:h Masjid rakyat Gombong
  • Masjid Pathoknegara Plasakuning
    Tajug Semar Sinongsong Lambang Teplok, contoh: Langgar Kecil Kraton Cirebon
  • Tajug Pendawa, contoh: Kraton Cirebon
  • Tajug Lambang Gantung, contoh: Bangsal Ponconiti Kraton Yogyakarta
  • Tajug Lambangsari, contoh: Bangsal Pertemuan para Wali, Gunung Sembung
  • Tajug Lawakan Lambang Teplok, contoh: Pasarean Suwargan, Imogiri
  • Tajug Semar Tinandhu, Dukuh, Yogyakarta
  • Tajug Semar Sinongsong Lambang Gantung, contoh: Masjid Soko Tunggal (gabungan Pajajaran dan Sultan Agungan, Taman, Kraton Yogyakarta)
  • Tajug Ceblokan Lambang Teplok, Masjid Agung Yogyakrata
  • Tajug Mangkurat, Bangsal Witono, Kraton Yogyakarta
  • Tajug Sinom Semar Tinandhu, Lawang Sanga-sanga, Kraton Cirebon

File:Rumah Traditional Jawa di Salatiga (1).jpg|Rumah Limasan Lawakan di daerah Salatiga (foto diambil tahun 2004) File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Woonhuis met erf in een kampong TMnr 60046155.jpg|Rumah Joglo dengan atap ijuk (tahun 1919) File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Verbeterd_pestbestendig_huis_op_Java_TMnr_10024150.jpg|Rumah Kampung (rumah beratap pelana) File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Huis_en_tuin_Wedonoh_Paton_TMnr_10021087.jpg |Rumah Limasan (rumah beratap perisai) File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_Dorp_voor_arbeiders_van_een_onderneming_op_Java_TMnr_10024174.jpg|Rumah Kampung (rumah beratap pelana) File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_De_prins_van_Poerbojo_met_gevolg_voor_zijn_huis_in_Yogyakarta_Java_Sompilan_12_TMnr_10003348.jpg|Rumah Joglo Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM De moskee van Demak TMnr 10016515.jpg|Masjid Agung Demak, merupakan arsitektur Jawa tipe mesjidan (tajug) <gallery> Berkas:Rumah adat jawa berbentuk atap joglo.jpg|Rumah Adat Jawa Berbentuk Atap Joglo

Catatan kaki

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b Musman, Asti (2017-02-28). Filosofi Rumah Jawa. Anak Hebat Indonesia. ISBN 978-623-244-595-6.