Lompat ke isi

Yazid bin Abi Sufyan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Yazid bin Abu Sufyan)
Yazid bin Abi Sufyan
Gubernur Damaskus, Yordania dan Palestina
Masa jabatan
639–639
Penguasa monarkiUmar bin Khattab
Pengganti
Muawiyah bin Abi Sufyan (atas Damaskus dan Yordania)
Informasi pribadi
Meninggal639
Damaskus
Suami/istriFakhitah binti Abdurrahman bin Auf
Orang tua
JulukanAbu Khalid
Yazid al-Khair
Karier militer
Pertempuran/perang
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Yazid bin Abi Sufyan bin Harb bin Umayyah (bahasa Arab: يزيد بن أبي سفيان بن حرب بن أمية; meninggal 639) adalah seorang jenderal terkemuka dalam Penaklukan Suriah pada 634 hingga kematiannya pada tahun 639 karena Wabah Amwas. Setelah kota Damaskus berhasil dikuasai sekitar tahun 635, ia diangkat menjadi pemimpinnya. Yazid diangkat oleh Khalifah Umar bin Khattab (berkuasa 634–644) sebagai gubernur Damaskus, Yordania dan Palestina setelah meninggalnya jenderal tertinggi pasukan Muslim, Abu Ubaidah bin al-Jarrah, pada tahun 639.

Yazid adalah saudara tiri Muawiyah bin Abi Sufyan, yang diangkat oleh Umar sebagai penggantinya atas wilayah Damaskus dan Yordania. Muawiyah selanjutnya secara bertahap menjadi gubernur atas seluruh wilayah Suriah. Pada tahun 661, ia menjadi khalifah dan mendirikan pemerintahan Umayyah di Suriah.

Asal-usul

[sunting | sunting sumber]
Silsilah Yazid dan keturunan Abu Sufyan lainnya

Yazid adalah putra Abu Sufyan, seorang kepala suku Quraisy yang berasal dari kabilah Bani Umayyah dari kabilah Bani Abdu Syams di Makkah.[1] Ibunya berasal dari kabilah Bani Firas dari Bani Kinanah dan namanya adalah Zainab binti Naufal.[2][3] Yazid memeluk Islam bersama ayah dan saudara tirinya, Muawiyah, ketika Nabi Muhammad merebut Makkah pada tahun 630.[4]

Setelah memeluk Islam, Yazid berperang bersama kaum Muslim melawan suku Bani Tsaqif dan sekutunya di Pertempuran Hunain. Ia termasuk di antara orang Quraisy yang hatinya dilembutkan oleh Nabi dan menerima harta rampasan perang berupa 100 unta dan 40 ons perak.[5][4] Nabi kemudian mengangkatnya sebagai penanggung jawab sedekah dari Bani Firas, yang merupakan kabilah paman dari pihak ibunya.[6]

Yazid menikah dengan Fakhitah, putri dari Abdurrahman bin Auf, salah satu sahabat dekat Nabi.[7] Kunyah Yazid adalah Abu Khalid.[6] Yazid mempunyai saudara seibu yang bernama Umar dan Katsnah, anak-anak Umayyah bin Abi Sufyan bin Umayyah bin Abdu Syams.[2] Katsnah adalah putri Umayyah bin Abi Sufyan yang pernah menikah dengan Muawiyah.[2]

Jenderal dan gubernur di Suriah

[sunting | sunting sumber]

Yazid dikirim oleh Khalifah Abu Bakar (berkuasa 632–634) sebagai salah satu jenderal Muslim untuk menaklukan wilayah Suriah Bizantium pada tahun 633 atau 634.[4] Yazid dan pasukannya yang berjumlah antara 3.000 dan 7.500, awalnya dikirim ke wilayah Balqa timur dan timur laut Laut Mati.[8]

Pada bulan Mei 634, Yazid dan jenderal utama lainnya seperti Amr bin al-Ash, Syurahbil bin Hasanah dan Khalid bin Walid, mengepung dan merebut Bosra, kota besar Bizantium pertama yang jatuh ke tangan pasukan Muslim di Suriah.[9] Yazid menjadi jenderal dalam Pertempuran Ajnadain dan setelah meraih kemenangan besar melawan Bizantium,[9] ia meluncurkan serangan di Balqa. Di antaranya adalah perebutan benteng Amman pada tahun 635.[4]

Yazid berpartisipasi dalam Pengepungan Damaskus yang dimulai pada tahun 634.[10] Setelah Damaskus berhasil dikuasai pada tahun 635,[11] atau kemudian pada tahun 637, Yazid menjadi wakil gubernur Damaskus di bawah Abu Ubaidah bin al-Jarrah yang saat itu menjadi jenderal tertinggi pasukan Muslim di Suriah.[12] Menurut beberapa sumber Muslim, Yazid mengirim Dihyah bin Khalifah dari Bani Kalb untuk menaklukkan Palmyra di timur laut gurun dan mengirim Abu az-Zahra al-Qusyairi dari Bani Qusyair untuk menaklukkan Batanea, sebuah dataran di Hauran wilayah selatan Damaskus. Para pembela kedua tempat memilih berdamai setelah negosiasi.[13][14] Ia kemudian meninggalkan Damaskus untuk menghadapi pasukan Bizantium yang dipimpin oleh Theodore, seorang bangsawan yang dikirim oleh kaisar Bizantium Heraklius untuk merebut kembali kota tersebut. Khalid mengirim pasukan untuk memperkuat Yazid dan pasukan Bizantium dikalahkan.[15]

Kemenangan pasukan Muslim dalam Pertempuran Yarmuk yang terjadi pada tahun 636 menjadikan sebagian besar wilayah Suriah semakin ditaklukkan dan Yazid adalah salah satu dari empat jenderal utamanya.[16] Ia bersama Muawiyah juga melancarkan serangan di pesisir Suriah dan merebut kota pelabuhan Mediterania Sidon, Beirut dan Byblos.[17]

Ketika Abu Ubaidah meninggal karena terinfeksi Wabah Amwas pada tahun 639, Khalifah Umar bin Khattab (berkuasa 634–644) mengangkat Yazid sebagai gubernur Damaskus, Yordania dan Palestina.[18] Pada saat itu wabah telah melanda sebagian besar Suriah dan memakan korban yang sangat besar pada pasukan Muslim di sana.[4] Kemudian pada tahun 639 juga, Yazid terinfeksi pada wabah juga dan meninggal di Damaskus.[6][19] Ia tidak meninggalkan keturunan.[4] Umar mengangkat Muawiyah untuk menggantikan saudaranya sebagai gubernur Damaskus dan Yordania.[20]

Penilaian

[sunting | sunting sumber]

Dalam sumber-sumber Muslim, Yazid dijuluki sebagai 'Yazid al-Khair' (Yazid yang baik) karena perannya yang mulia selama Penaklukan Suriah. Karena penyebab kematiannya seperti meninggal dalam keadaan perang, ia dianggap oleh sumber-sumber ini sebagai seorang syahid.[4] Khairuddin Az-Zarkali menggambarkannya sebagai salah satu orang pemberani dan tegas dari kalangan Bani Umayyah.[6] Leluhur sejarawan Ibnu Hazm yang bernama Yazid adalah maula dari Yazid bin Abi Sufyan.[a][21]

  1. ^ Nama asli Ibnu Hazm adalah Ali dan silsilahnya adalah Ali bin Ahmad bin Sa'id bin Hazm bin Ghalib bin Shalih bin Khalaf bin Ma'dan bin Sufyan bin Yazid.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Caskel 1966, hlm. 596.
  2. ^ a b c (Arab) Mush'ab bin Abdullah az-Zubairi, Kitab Nasab Quraisy, hlm 126
  3. ^ (Arab) Mush'ab bin Abdullah az-Zubairi, Kitab Nasab Quraisy, hlm 125
  4. ^ a b c d e f g Bosworth 2002, hlm. 312.
  5. ^ Biografi Muawiyah bin Abi Sufyan, hal 35, Prof. Dr. Ali Muhammad Ash-Shallabi, Beirut Publishing, 2014
  6. ^ a b c d (Arab) Khairuddin Az-Zarkali, Kitab Al-A'lam Az-Zarkali, hlm 184
  7. ^ Ahmed 2007, hlm. 448.
  8. ^ Donner 2014, hlm. 115, 118–119.
  9. ^ a b Donner 2014, hlm. 129.
  10. ^ Donner 2014, hlm. 131.
  11. ^ Donner 2014.
  12. ^ Madelung 1997, hlm. 60–61.
  13. ^ Donner 2014, hlm. 137.
  14. ^ (Arab) Tarikh ath-Thabari – ath-Thabari – jilid 2 – hlm 628. Diarsipkan 14 September 2019 di Wayback Machine.
  15. ^ Donner 2014, hlm. 138.
  16. ^ Donner 2014, hlm. 361.
  17. ^ Donner 2014, hlm. 154.
  18. ^ Madelung 1997, hlm. 61.
  19. ^ (Arab) Khairuddin Az-Zarkali, Kitab Al-A'lam Az-Zarkali, hlm 184 (bagian kedua)
  20. ^ Hinds 1993, hlm. 264.
  21. ^ (Arab) Adz-Dzahabi, Siyar A'lam an-Nubala - Ibnu Hazm

Daftar pustaka

[sunting | sunting sumber]