Pergi ke kandungan

Pantun

Daripada Wikisumber


Nasi lemak buah bidara
sayang selasih hamba lurutkan;
Buang emak buang saudara
kerana kekasih hamba turutkan


Dua tiga kucing berlari
mana nak sama si kucing belang;
Dua tiga boleh kucari
mana nak sama dikau seorang


Tanam selasih di tengah padang
sudah bertangkai dirubung semut;
Kita kasih orang tak sayang
halai-balai tempurung hanyut


Anak beruk di kayu rendang
turun mandi ke dalam paya;
Biar buruk di mata orang
cantik manis di mata saya


Limau purut lebat di pangkal
sayang selasih condong di uratnya;
Angin ribut dapat ditangkal
hati kasih apa ubatnya


Nasi lemak buah bidara
sayang selasih saya lurutkan;
Buang emak buang saudara
kerana kasih saya turutkan


Sekali pergi menuba
sekali ikan merambat;
Sekali adik disapa
setahun rindu terubat daripada


Anak dara menimba perigi
Putuslah timba tinggal tali
Biarlah jiwa kekanda pergi
Janganlah tuan berosak hati


Kerengga di dalam buluh
Serahi berisi air mawar
Sampai mesrah di dalam tubuh
Tuan seorang jadi penawar
Apa guna berkain batik
kalau tidak dengan sucinya;
Apa guna beristeri cantik
kalau tidak dengan budinya
Pulau Pandan jauh ke tengah
gunung Daik bercabang tiga;
Hancur badan dikandung tanah
budi baik dikenang jua
Siakap senohong
gelama ikan duri;
Bercakap bohong
lama-lama mencuri
Pisang emas bawa belayar
masak sebiji di atas peti;
Hutang emas dapat dibayar
hutang budi dibawa mati
Tenang-tenang air di laut
sampan kolek mudik ke tanjung;
Hati terkenang mulut tersebut
budi baik rasa nak sanjung
Tingkap papan kayu bersegi
sampan sakat di Pulau Angsa;
Indah tampan kerana budi
tinggi bangsa kerana bahasa
Ada ubi
ada batas;
Ada budi
ada balas
Jalan-jalan ke pasar baru
Jangan lupa beli sagu
Janganlah engkau melawan ibu
Kerana syurga ada di telapak kaki ibu
Jikalau anakku hendak beristeri
Empat perkara hendak kau cahari
Supaya rumahmu kelak berseri
Sahabat handai suka kemari
Pertama orang yang berbangsa
Keduanya ada ribu dan laksa
Ketiga menjelas dan manis muka
Keempat ada budi dan bahasa
Jikalau tidak salah suatu
Jangan kau ambil perempuan begitu
Sahabat pun tidak mahu ke situ
Duduklah engkau seperti hantu
Mengata dulang
paku terserepih;
Mengata orang
kamu yang lebih
Sudah gaharu
cendana pula;
Sudah tahu
bertanya pula
Puas sudah kutanam padi
nenas juga dimakan orang;
Puas sudah kutanam budi
emas juga dipandang orang
Buah langsat kuning mencelah
senduduk tidak berbunga lagi;
Sudah dapat gading bertuah
tanduk tidak berguna lagi
Pinggan tak retak
nasi tak dingin;
Engkau tak hendak
aku tak ingin
Kuntul terbang ke udara
Ikan selangat dihempaskan
Jangan digenggam bara
Rasa hangat dilepaskan
Sungguhpun bijak orang sekarang
Ilmunya banyak fahamnya kurang
Bintang di langit dapat dibilang
Tidak sedar mukanya harang
Cela mencela umpat mengumpat
Ramai bersoal segenap tempat
Perawan sekarang lakunya candal
Dengan teruna perawan bersenda
Bukannya bagai perawan dahulu
Banyak menaruh sopan dan malu
Sekarang ini bedah terlalu
Barang bicara sekeliannya tahu
Di mana banyak anak teruna
Anak perawan pun ada di sana
Kelakuannya itu berbagai warna
Kesudahannya itu berbuat zina
Kecuali anak-anak sekarang ini
Laki-laki dan perempuan sama berani
Sama bermain ke sana sini
Sebagai orang laki bini
Sekelian itu tanda alamat
[H]ampir gerangan hari kiamat
Buah cempedak di luar pagar
ambil galah tolong jolokkan;
Saya budak baru belajar
kalau salah tolong tunjukkan
Kalau roboh Kota Melaka
papan di Jawa hamba dirikan;
Kalau sungguh bagai dikata
badan dan jiwa hamba serahkan
Chau Pandan anak Bubunya
hendak menyerang kota Melaka;
Ada cincin berisi bunga
Bunga berladung di air mata
Kalau ada jarum yang patah
jangan disimpan di dalam peti;
Kalau ada silap dan salah
jangan disimpan di dalam hati
Kalau subang sama subang
kalau sanggul sama sanggul;
Kalau hilang sama hilang
kalau timbul sama timbul
Rotan batu rotan udang,
Anak bebarau di atas lada;
Saya tak tahu larangan orang,
Saya menumpang bergurau sahaja.

Pantun Berkait

[sunting]

Pantun 1

[sunting]
Kupu-kupu terbang melintang
terbang di laut di hujung karang *
Hati di dalam menaruh bimbang
dari dahulu sampai sekarang *#
Terbang di laut di hujung karang *
burung nasur (nasar) terbang ke Padang *#*
Dari dahulu sampai sekarang *#
banyak muda sudah kupandang *#*#
Burung nasur terbang ke Padang *#*
bulunya lagi jatuh ke Patani *#*#*
Banyak muda sudah kupandang *#*#
tiada sama mudaku ini *#*#*#
Bulunya lagi jatuh ke Patani *#*#*
dua puluh anak merpati
Tiada sama mudaku ini *#*#*#
sungguh pandai membujuk hati

Pantun 2

[sunting]
Buah ara, batang dibantun,
Mari dibantun dengan parang.
Hai saudara dengarlah pantun,
Pantun tidak mengata orang.
Mari dibantun dengan parang,
Berangan besar di dalam padi.
Pantun tidak mengata orang,
Janganlah sak di dalam hati.
Berangan besar di dalam padi,
Rumpun buluh dibuat pagar.
Jangan sak di dalam hati,
Maklum pantun saya belajar.

Pantun 3

[sunting]
Pulau Pandang jauh ke tengah,
Gunung Daik bercabang tiga,
Hancur badan dikandung tanah,
Budi yang baik dikenang juga.
Gunung Daik bercabang tiga,
Tampak jauh dari seberang,
Budi yang baik dikenang juga,
Khidmat bakti disanjung orang.
Tampak jauh dari seberang,
Tegak berdiri bagai raksasa,
Khidmat bakti disanjung orang,
Orang berbudi kita berbahasa.


Pantun 4

[sunting]
Di atas pokok burung bersarang,
Burung terbang di ruang angkasa,
Dalam kita ada terlarang,
Jangan sekali membuat dosa.
Burung terbang di ruang angkasa,
Jatuh ke laut lalu tenggelam,
Jangan sekali membuat dosa,
Wahai umat beragama Islam.
Jatuh ke laut lalu tenggelam,
Sayap patah badan terbelah,
Wahai umat beragama Islam,
Tetapkan iman kepada Allah.


Pantun 5

[sunting]
Beragam bunga terbit dari tangkainya
Harumnya bikin elus beta punya hati
Lelah ini jiwa sekadar untuk meraba
Cinta tak kunjunglah jua beta rasai
Harumnya bikin elus beta punya hati
Seakan takkan pernah tutup matanya
Cinta tak kunjunglah jua beta rasai
Hancur batin ditumbuk nestapa
Seakan takkan pernah tutup matanya
Terus tersenyum bunga tiada malu
Hancur batin ditumbuk nestapa
Kotor hati jadi langsung mengguru
Terus tersenyum bunga tiada malu
Karna memang di dunia itu tugasnya
Kotor hati jadi langsung mengguru
Beta jadi bingung mau jalan kemana
Karna memang di dunia itu tugasnya
Siap kalau ada rasa orang mau berbagi
Beta jadi bingung mau jalan kemana
Mampus beta punya hati dikoyak sepi
Siap kalau ada rasa orang mau berbagi
Bunga memang dikau itu pelipur lara
Mampus beta punya hati dikoyak sepi
Teguk sempitnya hari beta kawan derita

Pantun 6

[sunting]
Terus tersenyum bunga tiada malu
Karna memang di dunia itu tugasnya
Kotor hati jadi langsung mengguru
Beta jadi bingung mau jalan kemana
Harumnya bikin elus beta punya hati
Seakan takkan pernah tutup matanya
Cinta tak kunjunglah jua beta rasai
Hancur batin ditumbuk nestapa
Siap kalau ada rasa orang mau berbagi
Bunga memang dikau itu pelipur lara
Mampus beta punya hati dikoyak sepi
Teguk sempitnya hari beta kawan derita
Karna memang di dunia itu tugasnya
Siap kalau ada rasa orang mau berbagi
Beta jadi bingung mau jalan kemana
Mampus beta punya hati dikoyak sepi
Kalau tuan pergi ke Tanjung
Belikan saya pisau lipat
Kalau tuan menjadi burung
Saya menjadi benang pengikat
Kalau tuan pergi ke Kelang
Saya hantar sampai ke Linggi
Kalau tuan menjadi helang
Saya menjadi kayu tinggi
Jikalau tuan mencari buah
Saya pun mencari pandan
Jikalau tuan menjadi nyawa
Saya pun menjadi badan

Pantun 7

[sunting]
Anak ayam turun sepuluh
Mati satu tinggal sembilan
Tuntutlah ilmu dengan sungguh-sungguh
Supaya engkau tidak ketinggalan
Anak ayam turun sembilan
Mati satu tinggal delapan
Ilmu boleh sedikit ketinggalan
Tapi jangan sampai putus harapan
Anak ayam turun delapan
Mati satu tinggal lah tujuh
Hidup harus penuh harapan
jadikan itu jalan yang dituju

Pantun 8

[sunting]
Oh bulan kemana bintang
Atas pucuk kayu ara
Oh tuan kemana hilang
Dalam bilik anak dara
Atas pucuk kayu ara
Lebat daunnya pokoknya rindang
Hilang kedalam bilik nak dara
Cuma meminta rokok sebatang

Pantun 9

[sunting]
Orang berpadi di tanah liat
Di Mekah banyak buah pedada
Mayat tiada dapat dilihat
Seperti merekah rasanya dada
Di Mekah banyak buah pedada
Bunga tanjung di atas rakit
Seperti merekah rasanya dada
Terkenangkan untung dan nasib
Bunga tanjung di atas bukit
Serabi di muka pintu
Terkenangkan untung dengan nasib
Maka sampai sehingga situ
Serabi di muka pintu
Pergi ke parit hendak merayau
Maka sampai sehingga situ
Ratu Amas berbalik ke Riau
Pergi ke Parit hendak merayau
Situlah banyak ubi kemili
Ratu Amas berbalik ke Riau
Duduk mendiam-diamkan diri

Pantun 10

[sunting]
Pisang emas bekal belayar,
masak sebutir di atas peti;
Hutang emas boleh dibayar,
hutang budi bekal mati.
Masak sebutir di atas peti,
buah menalu dari hulu;
Hutang budi bekal mati,
hutang malu dibayar malu.
Buah menalu dari hulu,
batang berah dibelah-belah;
Hutang malu dibayar malu,
hutang darah dibayar darah.

Sumber