Lompat ke isi

Difteri

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Difteri
Difteri dapat menyebabkan pembengkakan, sering kali disebut leher banteng.[1]
Informasi umum
SpesialisasiPenyakit menular
PenyebabCorynebacterium diphtheriae (menyebar melalui kontak langsung dan udara)[1]
Aspek klinis
Gejala dan tandaSakit tenggorokan, demam, batuk menggonggong[2]
Awal muncul2–5 hari setelah terpapar[1]
DiagnosisPenampilan tenggorokan, kultur[2]
Tata laksana
PencegahanVaksin difteri[1]
PerawatanAntibiotik, trakeotomi[1]
Distribusi dan frekuensi
Prevalensi4.500 (dilaporkan tahun 2015)[4]
Kematian2.100 (2015)[3]

Difteri adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae.[1] Difteri ialah penyakit yang pada masa lalu telah menyebabkan ribuan kematian, dan masih mewabah di daerah-daerah dunia yang belum berkembang. Orang yang selamat dari penyakit ini menderita kelumpuhan otot-otot tertentu dan kerusakan permanen pada jantung dan ginjal. Anak-anak yang berumur satu sampai sepuluh tahun sangat peka terhadap penyakit ini.

Penularan

[sunting | sunting sumber]

Kuman difteri disebarkan oleh menghirup cairan dari mulut atau hidung orang yang terinfeksi, dari jari-jari atau handuk yang terkontaminasi, dan dari susu yang terkontaminasi penderita.

Gejala yang muncul ialah sakit tenggorokan, demam, sulit bernapas dan menelan, mengeluarkan lendir dari mulut dan hidung, dan sangat lemah. Kelenjar getah bening di leher membesar dan terasa sakit. Lapisan(membran) tebal terbentuk menutupi belakang kerongkongan atau jika dibuangkan menutup saluran pernapasan dan menyebabkan kekurangan oksigen dalam darah.

Perawatan dan pencegahan

[sunting | sunting sumber]
Antitoxin difteri.

Perawatan bagi penyakit ini termasuk antitoksin difteri, yang melemahkan toksin dan antibiotik. Eritromisin dan penisilin membantu menghilangkan kuman dan menghentikan pengeluaran toksin. Membuat lubang pada pipa saluran pernapasan atas(tracheotomy) mungkin perlu untuk menyelamatkan nyawa. Umumnya difteri dapat dicegah melalui vaksinasi. Bayi, kanak-kanak, remaja, dan orang dewasa yang tidak mempunyai cukup pelalian memerlukan suntikan booster setiap 10 tahun.

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c d e f Atkinson, William (May 2012). Diphtheria Epidemiology and Prevention of Vaccine-Preventable Diseases (edisi ke-12). Public Health Foundation. hlm. 215–230. ISBN 9780983263135. Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 September 2016. 
  2. ^ a b "Diphtheria vaccine" (PDF). Wkly Epidemiol Rec. 81 (3): 24–32. 20 January 2006. PMID 16671240. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 6 June 2015. 
  3. ^ GBD 2015 Mortality and Causes of Death, Collaborators. (8 Oktober 2016). "Global, regional, and national life expectancy, all-cause mortality, and cause-specific mortality for 249 causes of death, 1980-2015: a systematic analysis for the Global Burden of Disease Study 2015". Lancet. 388 (10053): 1459–1544. doi:10.1016/s0140-6736(16)31012-1. PMC 5388903alt=Dapat diakses gratis. PMID 27733281. 
  4. ^ "Diphtheria". who.int. 3 September 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 April 2015. Diakses tanggal 27 March 2015.