Lompat ke isi

Penyebaran Buddhisme di sepanjang Jalur Sutra

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Penerimaan agama Buddha di Asia, Buddhisme Mahayana pertama kali masuk ke Tiongkok melalui Jalur Sutra.
Biarawan Asia Tengah bermata biru mengajar biarawan Asia Timur. Sebuah fresko dari Gua Seribu Buddha Bezeklik, berasal dari abad ke-9; meskipun Albert von Le Coq (1913) berasumsi biarawan bermata biru, berambut merah adalah seorang Tokharia,[1] ilmu pengetahuan modern telah mengidentifikasi sosok Kaukasia dari kuil gua yang sama (No. 9) sebagai etnis Sogdia,[2] suatu suku Iran Timur yang mendiami Turfan sebagai komunitas etnis minoritas semasa periode Tiongkok Tang (abad ke-7—ke-8) dan kekuasaan Uighur (abad ke-9—ke-13).[3]

Agama Buddha masuk ke Tiongkok Han melalui Jalur Sutra, dimulai pada abad ke-1 atau ke-2 M.[4][5] Upaya penerjemahan terdokumentasi pertama oleh para biarawan Buddhis di Tiongkok (semuanya orang asing) terjadi pada abad ke-2 Masehi, yang kemungkinan merupakan konsekuensi dari perluasan Kekaisaran Kushan Buddhis ke wilayah Tiongkok di Cekungan Tarim.[6]

Kontak langsung antara Asia Tengah dan Buddhisme Tiongkok berlanjut spanjang abad ke-3 hingga ke-7, hingga periode Tang. Dari abad ke-4 dan seterusnya, di mana ziarah Faxian ke India (395–414), dan kemudian Xuanzang (629–644), para peziarah Tiongkok mulai melakukan perjalanan sendiri ke India utara, sumber mereka untuk Buddhisme, dengan tujuan untuk memperoleh akses yang lebih baik terhadap kitab-kitab suci asli. Sebagian besar rute darat yang menghubungkan India utara dengan Tiongkok pada waktu itu diperintah oleh Kekaisaran Kushan yang Buddhis, dan kemudian Kekaisaran Hephthalite. (lihat Gandhara)

Tiongkok kemudian dijangkau oleh bentuk tantra "Buddhisme esoteris" India (Vajrayana) pada abad ke-7. Demikian juga Buddhisme Tibet didirikan sebagai sebuah cabang dari Vajrayana, pada abad ke-8. Namun mulai sekitar masa ini, penyebaran agama Buddha di sepanjang Jalur Sutra mulai merosot karena penaklukan Transoxiana oleh Muslim, menghasilkan Kekhanan Uighur pada tahun 740-an.[7]

Pada masa ini, Buddhisme India sendiri sedang dalam kemerosotan, karena kebangkitan agama Hindu di satu sisi dan karena ekspansi Muslim di sisi lainnya, saat Buddhisme Tiongkok ditindas zaman Tang pada abad ke-9, tetapi tidak lama sebelumnya pada gilirannya melahirkan tradisi Korea dan Jepang.

Penyebaran agama Buddha

[sunting | sunting sumber]
Kerajaan-kerajaan di Cekungan Tarim selama abad ke-3, menghubungkan wilayah Tiongkok dengan wilayah Kekaisaran Kushan: Kashgar, Kucha, Khotan, Karasahr, Shanshan, Turfan.

Kontak pertama

[sunting | sunting sumber]

Agama Buddha dibawa ke Tiongkok melalui Jalur Sutra. Para biarawan Buddhis berkelana bersama karavan-karavan saudagar melalui Jalur Sutra, untuk mengajarkan agama baru mereka. Perdagangan sutra Tiongkok yang menguntungkan sepanjang rute perdagangan ini dimulai semasa Dinasti Han (206 SM – 220 M) bersamaan dengan pendirian suatu sistem kerajaan Helenistik oleh Aleksander Agung (323 SM - 63 SM) dan jaringan perdagangan membentang dari Mediterania hingga Afganistan dan Tajikistan saat ini di perbatasan Tiongkok. Kerajaan Yunani-Baktria (250 SM - 125 SM) yang kuat di Afghanistan dan kemudian Kerajaan India-Yunani (180 SM - 10 M) mempraktikkan Greko-Buddhisme dan mendirikan perhentian pertama di Jalur Sutra, setelah Tiongkok, selama hampir 300 tahun. (Lihat Dayuan (Ta-yuan; Hanzi: 大宛; arti harfiah "Suku Ionia Agung")).

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ von Le Coq, Albert. (1913). Chotscho: Facsimile-Wiedergaben der Wichtigeren Funde der Ersten Königlich Preussischen Expedition nach Turfan in Ost-Turkistan. Berlin: Dietrich Reimer (Ernst Vohsen), im Auftrage der Gernalverwaltung der Königlichen Museen aus Mitteln des Baessler-Institutes, Tafel 19. (Accessed 3 September 2016).
  2. ^ Gasparini, Mariachiara. "A Mathematic Expression of Art: Sino-Iranian and Uighur Textile Interactions and the Turfan Textile Collection in Berlin," in Rudolf G. Wagner and Monica Juneja (eds), Transcultural Studies, Ruprecht-Karls Universität Heidelberg, No 1 (2014), pp 134-163. ISSN 2191-6411. See also endnote #32. (Accessed 3 September 2016.)
  3. ^ Hansen, Valerie (2012), The Silk Road: A New History, Oxford University Press, p. 98, ISBN 978-0-19-993921-3.
  4. ^ Zürcher (1972), pp. 22–27.
  5. ^ Hill (2009), p. 30, for the Chinese text from the Hou Hanshu, and p. 31 for a translation of it.
  6. ^ Zürcher (1972), p. 23.
  7. ^ Oscar R. Gómez (2015). Antonio de Montserrat - Biography of the first Jesuit initiated in Tibetan Tantric Buddhism. Editorial MenteClara. hlm. 32. ISBN 978-987-24510-4-2. 

Bacaan lebih lanjut

[sunting | sunting sumber]